Pada suatu sore sepulang kerja, seorang pengendara motor melihat
seorang wanita tua di pinggir jalan. Nampaknya wanita itu membutuhkan
pertolongan karena dia melihat ban mobilnya kempes. Segera pria itu
turun dari sepeda motor dan bergegas menghampiri si wanita.
Meskipun wanita tua itu menyambutnya dengan senyuman, tak urung nampak
juga rona kekhawatiran di wajahnya. Jalanan sudah mulai gelap dan sepi.
Pria muda itu pun tampak lusuh dan kusam. Jangan-jangan dia mempunyai
niat buruk. Pria itu nampaknya menyadari kekhawatiran si wanita tua,
dengan segera dia berkata, “Saya hanya ingin menolong.. jangan
takut, Ibu masuk saja ke dalam mobil. Di luar agak dingin.
kenalkan nama saya Joni.”
Sementara wanita tua itu masuk ke dalam mobil, segera Joni membetulkan ban mobil. Beberapa saat kemudian, pekerjaannya selesai. Melihat baju dan celana Joni kotor dan mukanya berkeringat, wanita itu menawarkan upah untuk jasa Joni, namun Joni menolak. Menurutnya menolong orang bukanlah pekerjaan, sebelumnya sudah banyak orang yang menolong dia, kini dia hanya berusaha membalas jasa orang-orang itu, meneruskan rantai kebaikan yang mereka berikan. Kepada wanita itu, Joni hanya menyarankan agar apabila dia melihat orang yang membutuhkan pertolongan, wanita itu mau menolong.
Sambil sekali lagi mengucapkan terima kasih, wanita tua itu pun melanjutkan perjalanannya. Tidak henti-hentinya dia bersyukur karena ada orang yang mau menolongnya. Dia tidak bisa membayangkan seandainya tadi tidak ada yang menolong, entah bagaimana jadinya. Dalam perjalanannya, wanita tua itu berhenti untuk membeli buah di pinggir jalan sebagai oleh-oleh untuk cucunya. Penjual buah itu adalah seorang wanita muda yang sedang hamil tua. Meskipun nampak guratan kesedihan di raut wajahnya, penjual itu tetap melayaninya dengan ramah. Sedikit keheranan, wanita itu bertanya-tanya dalam hati, “Orang ini adalah orang miskin, tapi seperti juga dengan Joni tadi, kelihatannya ikhlas sekali menjalani kehidupannya.”
Teringat dengan perkataan Joni, wanita tua itu segera mengambil pulpen dan menulis sesuatu di secarik kertas dan memasukkannya ke dalam amplop. Ketika penjual itu masuk ke dalam untuk mengambil kembalian, wanita tua itu menaruh amplop tadi dan segera pergi tanpa menunggu kembalian.
Penjual yang mengira wanita tua itu lupa akan kembaliannya, segera bergegas keluar. Di atas tumpukan buah dia menemukan sebuah amplop berisi uang 1 juta rupiah. Di dalam amplop itu terdapat secarik kertas bertuliskan, “Saya tahu Anda sangat membutuhkan pertolongan. Saya tidak berharap apa-apa, hanya ingin agar apabila Anda melihat orang yang membutuhkan pertolongan, Anda mau menolongnya.”
Mata wanita muda itu berkaca-kaca, tidak disangkanya seseorang datang memberikan pertolongan di saat dia benar-benar membutuhkannya. Sebentar lagi dia akan melahirkan, sementara biaya untuk melahirkan masih kurang. Gaji dari suaminya yang buruh pabrik, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Teringat akan suaminya, wanita itu berbisik dalam hati, “Semua akan baik-baik saja Joni.. suamiku tersayang.”
Sementara wanita tua itu masuk ke dalam mobil, segera Joni membetulkan ban mobil. Beberapa saat kemudian, pekerjaannya selesai. Melihat baju dan celana Joni kotor dan mukanya berkeringat, wanita itu menawarkan upah untuk jasa Joni, namun Joni menolak. Menurutnya menolong orang bukanlah pekerjaan, sebelumnya sudah banyak orang yang menolong dia, kini dia hanya berusaha membalas jasa orang-orang itu, meneruskan rantai kebaikan yang mereka berikan. Kepada wanita itu, Joni hanya menyarankan agar apabila dia melihat orang yang membutuhkan pertolongan, wanita itu mau menolong.
Sambil sekali lagi mengucapkan terima kasih, wanita tua itu pun melanjutkan perjalanannya. Tidak henti-hentinya dia bersyukur karena ada orang yang mau menolongnya. Dia tidak bisa membayangkan seandainya tadi tidak ada yang menolong, entah bagaimana jadinya. Dalam perjalanannya, wanita tua itu berhenti untuk membeli buah di pinggir jalan sebagai oleh-oleh untuk cucunya. Penjual buah itu adalah seorang wanita muda yang sedang hamil tua. Meskipun nampak guratan kesedihan di raut wajahnya, penjual itu tetap melayaninya dengan ramah. Sedikit keheranan, wanita itu bertanya-tanya dalam hati, “Orang ini adalah orang miskin, tapi seperti juga dengan Joni tadi, kelihatannya ikhlas sekali menjalani kehidupannya.”
Teringat dengan perkataan Joni, wanita tua itu segera mengambil pulpen dan menulis sesuatu di secarik kertas dan memasukkannya ke dalam amplop. Ketika penjual itu masuk ke dalam untuk mengambil kembalian, wanita tua itu menaruh amplop tadi dan segera pergi tanpa menunggu kembalian.
Penjual yang mengira wanita tua itu lupa akan kembaliannya, segera bergegas keluar. Di atas tumpukan buah dia menemukan sebuah amplop berisi uang 1 juta rupiah. Di dalam amplop itu terdapat secarik kertas bertuliskan, “Saya tahu Anda sangat membutuhkan pertolongan. Saya tidak berharap apa-apa, hanya ingin agar apabila Anda melihat orang yang membutuhkan pertolongan, Anda mau menolongnya.”
Mata wanita muda itu berkaca-kaca, tidak disangkanya seseorang datang memberikan pertolongan di saat dia benar-benar membutuhkannya. Sebentar lagi dia akan melahirkan, sementara biaya untuk melahirkan masih kurang. Gaji dari suaminya yang buruh pabrik, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Teringat akan suaminya, wanita itu berbisik dalam hati, “Semua akan baik-baik saja Joni.. suamiku tersayang.”
Pelajaran: Kita akan menuai apa yang kita tanam. Apabila kita sering melakukan perbuatan baik, entah kapan pasti akan ada balasan yang setimpal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar