Konsorsium EuroFighter semakin bernafsu menawarkan pesawat tempur EF
Typhoon sebagai pengganti F-5 TNI AU yang sudah menua. EuroFighter menyakinkan Indonesia bahwa EF Fighter adalah pesawat tempur
terbaik yang bisa memenuhi kebutuhan angkatan udara Indonesia untuk 30
tahun kedepan. Bahkan EuroFighter bersedia memberikan sejumlah transfer
of technology termasuk membantu project KFX/IFX jika pesawat tempur EF
Typhoon dipilih sebagai pengganti F-5 TNI AU.
Seperti berita yang dilansir oleh TheJakartaPost.com beberapa waktu
lalu, dutabesar Spanyol untuk Indonesia menegaskan bahwa tawaran pesawat
tempur EF Typhoon adalah pilihan yang terbaik bagi Indonesia karena
beberapa hal, diantaranya adalah memiliki mesin dengan life cycle
panjang yang bisa digunakan puluhan tahun kedepan. Dibandingkan dengan
pesawat tempur buatan Rusia, mesin pesawat tempur EF Typhoon ini
disebutkan memiliki life cyle yang lebih panjang sehingga dalam jangka
panjang EF Typhoon akan memiliki life cycle cost yang lebih murah.
Lebih lanjut dutabesar Spanyol untuk Indonesia juga menyebutkan hal lain
yang menjadi keunggulan pesawat tempur EF Typhoon adalah jangkauan
radius tempurnya yang lebih luas dibandingkan pesaing lain seperti SAAB
Gripen membuatnya mampu menjaga seluruh luas wilayah Indonesia dengan 2
pangkalan udara yang diisi skuadron pesawat tempur EF Typhoon.
Namun sisi menariknya adalah tawaran transfer of technology dari
konsorsium EuroFighter kepada project pengembangan pesawat tempur
KFX/IFX yang diikuti Indonesia bersama Korea Selatan. Tawaran ToT ini
tentunya merupakan sebuah nilai plus bagi EuroFighter dimata Indonesia.
Sebenarnya isu ini bukan isu baru karena tahun lalu pun PT Dirgantara
Indonesia (PT DI) sudah memberikan sinyal bahwa mereka mendukung
pemerintah membeli pesawat tempur EF Typhoon. Dukungan PT DI ini
didengungkan karena melihat adanya kemungkinan untuk memperoleh sejumlah
transfer of technology dari kesepakatan pembelian pesawat tempur
EF Typhoon oleh Indonesia. Selain isu ToT untuk project KFX/IFX,
EuroFighter juga menawarkan ‘produksi lokal’ pesawat tempur EF Typhoon
pesanan Indonesia.
Tawaran ToT untuk Project Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX.
Tawaran transfer of technology bagi project KFX/IFX ini memang cukup menarik untuk dicermati. Hal ini karena Airbus yang juga termasuk
salah satu anggota konsorsium EuroFighter juga ikut dalam tender kontraktor utama project KFX/IFX
ini. Airbus Military digandeng oleh Korean Airlines (KAL) untuk
bersaing dengan Korean Aerospace Industries (KAI) yang menggandeng
Lockheed Martin. Ini berarti jika Indonesia memilih pesawat tempur EF
Typhoon sebagai pengganti F-5, maka memungkinkan adanya perjanjian
timbal balik agar Airbus Military sebagai anggota konsosoriun
EuroFighter memberikan bantuan terhadap project KFX/IFX ini. Ini berarti
tidak hanya dari sisi Korea saja, tapi dari sisi Indonesia pun Airbus
Military memiliki ‘keterikatan’ untuk mendukung suksesnya project
pengembangan pesawat tempur KFX/IFX ini.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada tanggal 22 February 2015 lalu,
Airbus dan Korea Airlines (KAL) sudah sepakat dan memutuskan untuk
mengikuti tender (bidding) pemilihan kontraktor utama project KFX/IFX.
Keterlibatan Airbus dalam tender ini akan membuat Korean Airline (KAL)
memiliki secercah harapan bersaing dengan Korean Aerospace Industries
(KAI) yang sudah menggandeng Lockheed Martin. Dari proposal tender yang
sudah masuk, akan dilihat siapa yang menjadi unggulannya pada bulan
Maret ini dan pemenangnya akan di umumkan pada pertengahan tahun ini
atau sekitar Juni-Juli 2015.
Banyak pihak yang meragukan Korea Airline (KAL) akan mampu mengalahkan
Korean Aerospace Industrie (KAI), mengingat pengalaman Korean Airline
(KAL) masih kalah dari KAI yang sudah memiliki pengalaman yang baik
dalam mengembangkan pesawat tempur latih T-50 Golden Eagle tahun 2002
lalu bersama Lockheed Martin. Namun kehadiran Airbus disisi KAL ini
sedikit banyak akan menutupi kekurangan KAL dalam hal technology
pengembangan pesawat tempur.
Hal ini mengingat Airbus memiliki pengalaman panjang mengembangkan
pesawat tempur EF Typhoon. Namun sejauh mana KAL dan Airbus bisa
bersaing dengan KAI dan Lockheed Martin tentu masih menjadi pertanyaan.
Hal lain yang menambah nilai plus bagi Korean Airline (KAL) dan Airbus
adalah kenyataan bahwa saingan mereka yang menggandeng Lockheed Martin
memiliki keterbatasan dalam melakukan transfer of technology,
mengingat Amerika memiliki peraturan yang ketat dalam memberikan
teknologi militernya kepada negara lain. Sedangkan Airbus Military
sendiri tidak terlalu terkekang dalam memberikan transfer teknologi
kenegara lain.
Namun penulis memandang kesungguhan Airbus dalam membantu project
KFX/IFX ini kedepannya masih perlu untuk dipertanyakan mengingat project
ini akan menghasilkan pesawat tempur generasi 4.5 yang tentunya akan
bersaing dengan pesawat tempur EF Typhoon yang tidak lain adalah produk
konsorsium EuroFighter dimana Airbus termasuk didalamnya. Meski
demikian, penjualan pesawat tempur EF Typhoon yang tidak terlalu
menggembirakan bisa saja memacu mereka untuk membantu project KFX/IFX
ini. Hal ini terlihat dari kesiapan mereka bergabung dengan Korean
Airline (KAL) dalam tender kontraktor utama prject KFX/IFX ini.
Melihat hal ini, maka tawaran transfer of technology dari
konsorsium EuroFighter kepada project KFX/IFX jika Indonesia membeli
pesawat tempur EF Typhoon sebagai pengganti F-5 TNI AU bisa disebut
adalah tawaran yang cukup bagus. Namun tentunya Indonesia mesti
mempertimbangkan lebih jauh lagi agar rencana masa depan modernisasi militer Indonesia tidak terganggu.
Plus Minus EF Typhoon sebagai pengganti Pesawat Tempur F-5 Indonesia
Pertanyaannya sekarang adalah apakah pembelian pesawat tempur EF
Typhoon sebagai pengganti F-5 bagus untuk Indonesia? Pertanyaan ini
tentunya sulit untuk dijawab dengan mudah. Namun melihat dari beberapa
sisi akan memberikan sedikit gambaran tentang bagaimana baik dan
buruknya jika Indonesia membeli pesawat tempur EF Typhoon sebagai
pengganti F-5 TNI AU.
Dari segi harga akuisisi, tampaknya harga pesawat tempur buatan Eropa
ini masih lebih mahal dibandingkan dengan kandidat pengganti F-5 lainnya
seperti Su-35 BM dari Rusia. Namun dari sisi life cycle cost selama 30
tahun kedepannya, tampaknya pesawat tempur ini memiliki prospek yang
cukup bagus mengingat mesin EJ-200 yang digunakannya memiliki life cycle
yang lebih baik dibandingkan dengan mesin Saturn AL-41F1S milik Su-35
BM.
Dari segi teknologi pesawat tempur ini bisa disebut adalah salah satu
pesawat tempur generasi 4+ yang tercanggih saat ini. Pesawat tempur EF
Typhoon trance 3 dikabarkan sudah menggunakan radar Captor-E AESA
yang sangat mumpuni. Pesawat tempur ini juga sudah mendukung berbagai
misi pertempuran serta mendukung berbagai rudal-rudal canggih terbaru
seperti rudal BVR Meteor yang mampu melumat sasaran dari jarak yang
lebih jauh dari rudal Aim-120C AMRAAM. Dengan kemampuan seperti ini
tentu akan memberikan efek gentar yang cukup baik sehingga Indonesia
semakin disegani dikawasan.
Dari sisi lain rencana penyederhanaan tipe pesawat tempur TNI AU memang
akan menjadi kendala bagi bergabungnya pesawat tempur EF Typhoon kedalam
inventori alutsista TNI.
Hal ini karena Indonesia belum pernah mengoperasikan jenis pesawat
tempur ini sebelumnya. Namun sejatinya itu tidak terlalu masalah karena
kandidat lain seperti F-16 Block 60, Su-35 BM dan Gripen E/F sendiri pun
sejatinya adalah pesawat tempur yang benar-benar berbeda dengan semua
pesawat tempur yang ada di Indonesia saat ini. Ditambah lagi kabar bahwa
mesin EJ-200 yang digunakan pesawat tempur ini juga menjadi kandidat
kuat mesin yang akan digunakan di project pengembangan pesawat tempur
KFX/IFX yang di ikuti Indonesia.
Konsorsium EuroFighter Bidik Pesawat Tempur Indonesia selain Pengganti F-5?
Melihat gelagat dari beberapa produsen pesawat tempur dunia seperti
SAAB, EuroFighter, dan lainnya yang begitu getol menawarkan produknya ke
Indonesia, tampaknya para produsen pesawat tempur ini tidak hanya
mengincar pasar pengganti pesawat tempur F-5 Indonesia. Hal ini
mengingat Indonesia sendiri dikabarkan akan terus menambah kekuatan
alutsista TNI termasuk pesawat tempur Indonesia. Tidak hanya berhenti di pengganti pesawat tempur F-5, tetapi modernisasi ini terus berlangsung.
Penulis mencermati sudah beberapa kali pejabat tinggi Indonesia yang
menyebutkan bahwa akan ada lagi penambahan skuadron pesawat tempur
Indonesia kedepannya selain pengganti F-5 TNI AU yang sudah tua ini.
Apalagi juga ada sinyal bahwa Kohanudnas juga direncanakan memiliki
pesawat tempur sendiri yang terpisah dari Angkatan Udara.
Melihat adanya peluang dimasa datang ini, maka sangat wajar sekali jika
ada banyak produsen pesawat tempur dunia yang berlomba-lomba menawarkan
produknya kepada Indonesia. Kita lihat di IDAM 2014 lalu dimana SAAB dan
EuroFighter bagitu getol mempromosikan produknya di Indonesia. Dan saat
ini bisa disebutkan bahwa program penggantian pesawat tempur F-5 adalah
pintu masuk bagi mereka untuk mendapatkan pasar Indonesia kedepannya.
Hal ini membuat produsen pesawat tempur dunia ini begitu getol untuk
memenangkan persaingan untuk menjadi pengganti pesawat tempur F-5
Indonesia.
Semua sungguh asyik untuk di teliti lebih jauh, namun sekarang ini kita
hanya bisa menduga-duga apa yang akan terjadi di depannya. Apakah
tawaran Eurofighter akan diambil Indonesia atau tidak, masih cukup sulit
melihat kepastiannya. Kita doakan saja yang terbaik bagi Indonesia dan
pemerintah mengambil langkah yang bijak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar