Kalau diperhatikan dalam Al-Quran, ada beberapa peristiwa atau kejadian
yang diceritakan dalam beberapa surah dengan redaksi berbeda-beda,
padahal kejadiannya satu. Seperti, kisah tentang Nabi Musa dan Firaun,
Kaum Aad, dan Nabi Ibrahim. Apakah hikmah di balik ini semua ?
Al-Quran adalah kalamullah, bukan perkataan makhluk. Adapun
perkataan para makhluk yang disebutkan Al-Quran itu dari segi alur
pemaknaannya saja. Sedangkan, lafaznya dari Allah SWT yang tengah
mengisahkan tentang umat terdahulu atau peristiwa akan datang. Jadi,
perkataan makhluk yang ada dalam Al-Quran itu hanya makna yang
dinisbahkan kepada yang mengatakannya. Sedangkan, lafaznya bersumber
dari Allah.
Pola kisah merupakan salah satu gaya bahasa Al-Quran. Selain itu, ada
pula pola pengulangan suatu kisah atau penggambaran situasi yang hampir
sama dalam beberapa surah. Setiap pengulangan tersebut, redaksi dan
konteksnya berbeda. Ini akan membuka makna baru dengan manfaat yang
berbeda, sehingga tidak akan membosankan. Ada sekitar 75 ayat dalam 25
surah kisah tentang Nabi Ibrahim. Hampir 2/3 isi Surah al-Baqarah adalah
kisah tentang Musa, hingga sahabat Nabi sempat bertanya seakan-akan
Al-Quran ini diturunkan untuk Musa.
Hanya kisah Nabi Yusuf yang diceritakan secara runut di dalam Surah
Yusuf. Ada banyak hikmah di balik pengulangan kisah dalam berbagai surah
Al-Quran. Para ulama menjelaskan, semua itu berfungsi agar kisah dan
hikmahnya dapat dipahami secara gradual. Adanya perbedaan redaksi dan
susunan kata tentang suatu peristiwa merupakan salah satu bentuk
ketinggian bahasa dan sastra Al-Quran.
Para ahli tafsir dan Ulumul Quran menjelaskan manfaat lain dari
pengulangan suatu peristiwa dalam Al-Quran dengan redaksi yang berbeda.
Pertama,
agar tidak membosankan pembacanya karena disajikan dengan bahasa dan
ungkapan yang baru serta berbeda dengan ayat dalam surah lain.
Kedua, adanya unsur kesesuaian antara kasus yang dibahas
Al-Quran dengan konteks saat dikisahkan. Di mana, kasus dan konteks yang
sedang dibahas dalam surah itu mengharuskan penyebutan sisi yang belum
disebutkan pada surah lain.
Ketiga, menambahkan beberapa aspek dalam kisah yang belum
disebutkan dalam surah lainnya, sehingga kisah itu menjadi utuh sebagai
suatu kisah.
Keempat, menunjukkan pentingnya kisah tersebut, sehingga perlu
diulang-ulang dalam beberapa surah. Agar pembacanya dapat mengambil
banyak petikan hikmah dan pelajaran dari kisah yang disebutkan, semua
itu memperlihatkan Al-Quran yang begitu indah dan sempurna bahasa dan
gaya bahasanya adalah wahyu dan kalam Allah. Al-Quran tidak mungkin
dibuat seorang manusia yang ummi (tidak bisa tulis-baca). Wallahu a’lam bish-shawab ■
Tidak ada komentar:
Posting Komentar