1. Pasar Bubrah
Bagi para pendaki Gunung Merapi yang melalui jalur Selo, Boyolali, tentunya tidak asing dengan Pasar Bubrah. Itu bukan pasar beneran, tapi sebuah hamparan bebatuan.
Lokasi itu merupakan salah satu pos pendakian yang harus dilewati. Termasuk rombongan Erri Yunanto, mahasiswa tingkat tiga di Universitas Atma Jaya, yang terpeleset dan jatuh ke kawah gunung penuh misteri itu.
Awalnya, rombongan Erri berjumlah enam orang. Hanya saja, empat kawannya hanya sampai di pos Pasar Bubrah. Erri dan Dicky kemudian melanjutkan perjalanan ke bekas puncak Garuda pada pukul 09.00 WIB, Sabtu 16 Mei 2015. Banyak cerita kejadian honor yang terjadi di Pasar Bubrah. Triyono, seorang pemuda warga desa Lencoh, Selo, Boyolali, menceritakan dua kejadian horor yang dialaminya.
Pria yang sudah puluhan tahun naik turun puncak Merapi itu cerita kejadian pada suatu saat, sebelum tragedi wedhus gembel 2010. Saat mengantar turis, sesampai di Pasar Bubrah tengah malam, dia istirahat sejenak. Memejamkan mata, bukan tidak nyenyak. "Saya tidur-tiduran, dengan bebetan sarung, terdengar suara ramai seperti suasana pasar. Saya langsung buka sarung, eh tidak ada apa-apa. Tapi paginya, begitu matahari terbit, sampah-sampah berserakan, ya persis seperti sampah-sampah di pasar. Saya sudah biasa di situ, saya tahu persis itu bukan daun-daun yang dibawa angin. Meski saya orang asli situ dan sudah biasa di situ, tetap merinding juga," beber guide spesialisasi mengantar turis naik ke Merapi itu.
Itu kejadian aneh yang pertama. Yang kedua, saat dia mengantar turis asal Jerman. Bersama turis itu dia istirahat di Pasar Bubrah. "Tamu yang saya bawa itu bilang dia melihat kereta kuda, bentuknya mirip kereta istana, kusirnya pakai blangkon. Dia tahu blangkon karena sebelumnya dia ke Malioboro. Waduh...rupanya dia bisa melihat, saya sendiri tak melihat. Wah, saya takut juga saat itu," cerita Triyono.
Bagaimana dengan tebing batu di puncak tempat Erri berfoto? Berdasar pengalamannya, tidak pernah ada sesuatu yang horor di situ. "Hanya saja, perjalanan dari Pasar Bubrah ke atas, itu saya sudah biasa dengar suara-suara aneh, seperti suara tangisan atau suara merintih," kata dia.
2. Dikabarkan Jasad Erri Yunanto masih Bagus, Ajaib?
Kemarin
siang (18/5) sekitar pukul 13.30, tim evakuasi berhasil menjangkau
jasad Erri Yunanto, pendaki yang terpeleset ke kawah Merapi. Hingga tadi
malam, tim masih berupaya melakukan pengangkatan korban yang diduga
kuat sudah meninggal, ke bibir kawah.
Kepala Pelaksana Harian Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) Tri Atmojo, kemarin mengatakan, proses evakuasi ini cukup sulit, sebab petugas mesti mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain friksi tali terhadap batu untuk proses pengangkatan.Selain itu, potensi gas sulfara yang dapat muncul sewaktu-waktu, serta kondisi suhu di kawasan kawah.
Terlebih pada saat evakuasi, puncak Merapi terpantau diselimuti awan. "Kita sedang berhitung dengan cuaca dan suhu untuk proses evakuasi. Diperkirakan proses pengangkatan sekitar 3 sampai 4 jam sampai ke bibir kawah," terang Atmojo.
Dari termoscan atau alat pengukur suhu yang dipakai petugas dalam proses evakuasi diketahui suhu di lokasi evakuasi diperkirakan di kisaran 70 derajat celsius. Sementara posisi korban diperkirakan berada di kedalaman 100 sampai 150 meter dari bibir kawah.
"Untuk pastinya kita masih menunggu laporan. Sebab tim masih melakukan evakuasi di dalam kawah," terang dia.
Diinformasikan, tim evakuasi yang berada di puncak Merapi sebanyak 28 petugas. Sementara yang turun ke dalam kawah untuk melakukan pengangkatan sebanyak 6 petugas. "Tim yang turun tak ada kompetensi medis, jadi belum bisa menyimpulkan kondisi korban," tambahnya.
Sementara, Triyono, warga Selo, Boyolali, mendapat kabar dari temannya yang tergabung dalam tim evakuasi, bahwa Erri sudah meninggal. Dikabarkan, jasad Erri masih dalam kondisi bagus, setidaknya untuk kejadian jatuh dari ketinggian dan nyeplung ke kawah.
"Menurut saya, itu aneh. Karena kawah itu panasnya minta ampun. Apalagi jatuh, tapi saya dapat kabar dari kawan saya, kondisi jasadnya masih bagus," ujar Triyono tadi malam.
Tri sudah terbiasa naik ke puncak Merapi karena profesinya guide turis yang ingin menikmati sensasi ketinggian gunung itu.
Masih berdasar informasi yang didapat dari kawannya, Tri mengatakan, kemungkinan jenazah Erri baru bisa dievakuasi hingga ke bibir kawah tengah malam tadi. Namun, hingga pagi ini belum ada kabar terbaru dari sana.
3. Batu menjulang tinggi di puncak Merapi
Kepala Pelaksana Harian Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) Tri Atmojo, kemarin mengatakan, proses evakuasi ini cukup sulit, sebab petugas mesti mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain friksi tali terhadap batu untuk proses pengangkatan.Selain itu, potensi gas sulfara yang dapat muncul sewaktu-waktu, serta kondisi suhu di kawasan kawah.
Terlebih pada saat evakuasi, puncak Merapi terpantau diselimuti awan. "Kita sedang berhitung dengan cuaca dan suhu untuk proses evakuasi. Diperkirakan proses pengangkatan sekitar 3 sampai 4 jam sampai ke bibir kawah," terang Atmojo.
Dari termoscan atau alat pengukur suhu yang dipakai petugas dalam proses evakuasi diketahui suhu di lokasi evakuasi diperkirakan di kisaran 70 derajat celsius. Sementara posisi korban diperkirakan berada di kedalaman 100 sampai 150 meter dari bibir kawah.
"Untuk pastinya kita masih menunggu laporan. Sebab tim masih melakukan evakuasi di dalam kawah," terang dia.
Diinformasikan, tim evakuasi yang berada di puncak Merapi sebanyak 28 petugas. Sementara yang turun ke dalam kawah untuk melakukan pengangkatan sebanyak 6 petugas. "Tim yang turun tak ada kompetensi medis, jadi belum bisa menyimpulkan kondisi korban," tambahnya.
Sementara, Triyono, warga Selo, Boyolali, mendapat kabar dari temannya yang tergabung dalam tim evakuasi, bahwa Erri sudah meninggal. Dikabarkan, jasad Erri masih dalam kondisi bagus, setidaknya untuk kejadian jatuh dari ketinggian dan nyeplung ke kawah.
"Menurut saya, itu aneh. Karena kawah itu panasnya minta ampun. Apalagi jatuh, tapi saya dapat kabar dari kawan saya, kondisi jasadnya masih bagus," ujar Triyono tadi malam.
Tri sudah terbiasa naik ke puncak Merapi karena profesinya guide turis yang ingin menikmati sensasi ketinggian gunung itu.
Masih berdasar informasi yang didapat dari kawannya, Tri mengatakan, kemungkinan jenazah Erri baru bisa dievakuasi hingga ke bibir kawah tengah malam tadi. Namun, hingga pagi ini belum ada kabar terbaru dari sana.
3. Batu menjulang tinggi di puncak Merapi
Gunung Merapi dilingkupi misteri yang berbau mistis. Banyak cerita-cerita aneh dari warga sekitar gunung yang sudah beberapa kali mengalami erupsi besar itu.Salah satunya mengenai batu menjulang tinggi di puncak Merapi yang menjadi lokasi Erri Yunanto, 21, berfoto dan terpeleset jatuh ke kawah pada Sabtu (16/5) pekan lalu.
Di lokasi batu menjulang yang mirip tebing itu dulu ada batu yang mendapat sebutan "Puncak Garuda'. Hanya saja, Puncak Garuda itu hilang atau luruh karena letusan dahsyat Merapi tahun 2010.
Nah, bau-bau mistis pun muncul. Pasalnya, batu yang dijadikan lokasi Erri berfoto itu, bentuknya mirip sekali dengan Puncak Garuda yang sudah hilang sebelumnya. "Batu itu menurut saya aneh sekali. Saya amati, bentuknya itu mirip sekali dengan Batu Garuda yang lama, yang sudah hilang. Saya sendiri juga ndak tahu sejak kapan ada batu itu," cerita Triyono, seorang pemuda warga desa Lencoh, Selo, Boyolali, Senin malam (18/5).
Selo merupakan jalur pendakian masuk Merapi. Sejak masih usia belasan tahun, Triyono sudah terbiasa naik turun ke puncak Merapi. Saat ini, pria dua anak itu menjadi guide, menemani sejumlah turis yang ingin mendaki ke Merapi.
Meski sudah "akrab" dengan Merapi, Tri tetap tidak berani sesuka-sukanya naik di batu menjulang tinggi itu. Diakui, dia pernah berada di puncak batu itu. Karenanya, dia bisa menduga-duga bagaimana posisi Erri hingga terpeleset dan jatuh ke kawah. "Karena untuk naik ke batu itu bukan hal yang sulit. Yang sulit itu saat turun. Saya saja yang sudah terbiasa di situ, saat turun itu saya gemetaran. Cereboh sedikit saja, pasti terpeleset," cerita Tri.
4. Sebelum berangkat ke Merapi, Erri minta tidur bersama bapak dan ibunya.
KELUARGA Erri
Yunanto di Dusun Biru, Trihanggo, Gamping, Sleman, begitu terpukul
mendapat kabar bahwa pemuda yang aktif dalam kegiatan kepecinta alaman
itu terperosok ke kawah Gunung Merapi. Mereka juga semakin cemas begitu
tahu bahwa Erri tak bisa lagi diselamatkankan.
Erri yang berusia 21 tahun itu diketahui
mendaki Gunung Merapi bersama teman-temanya sejak Jumat (15/5) lalu dan
jatuh ke kawah pada keesokan harinya.
Sejumlah tetangga terlihat berusaha
menenangkan ayah Erri, Nuryanto. Ayah korban tampak tidak bisa menahan
kesedihan mendengar kabar anaknya terjatuh di kawah Merapi.
Keluarga mengaku tidak mempunyai
perasaan dan firasat apa-apa saat Erri meminta izin mendaki ke Merapi.
Namun mereka mengungkapkan, ada hal aneh yang dilakukan Erri sebelum
pendakian itu.
Intan Farida, ibunda Erri mengatakan,
Erri minta dimanjakan dengan tidur bersama orang tua dan minta dibuatkan
makanan kesukaannya. “Tidak ada firasat apa-apa. Tapi sebelum berangkat
ke Merapi, Erri minta tidur bersama bapak dan ibunya. Dia juga minta
dibuatkan makanan kesukaannya, minta disuapi dan sebagainya,” ucap
Farida.
Bagi Erri, pendakian gunung ini
sebenarnya bukan pertama kali dilakukan olehnya. Sejumlah gunung lain
sudah pernah didaki seperti Gunung Bromo, dan Rinjani. Mendaki gunung
bagi Erri merupakan kegemaran barunya sejak kuliah di UAJY. Setelah berjibaku dengan kondisi alam
yang sulit, Jenazah Erri akhirnya berhasil diangkat dari kawah Merapi
pada Selasa (19/5) siang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar