Sabtu, 16 April 2016

Gelar Pembohong

Pengantar
Terkait dengan kontroversi pembelian lahan RS Sumber Waras di Jakarta saya lihat semakin banyak orang yang dengan ringannya mengatakan si Anu atau si XYZ adalah Pembohong. Semakin banyak orang terpandang dan orang biasa asal ngomong tentang kejujuran dan kebohongan tanpa mengetahui definisinya dengan baik dan benar. Semakin lucu dan kocak ketika kemudian muncul pemberian gelar kepada seterunya sebagai Pembohong sambil memberikan gelar kepada dirinya sebagai Si Jujur atau Si Benar.

Riset membuktikan bahwa manusia telah berbohong sejak usia 2 tahun (Fritz dan Hala, 1989). Setiap hari, dalam salah satu dari 4 interaksi sosial, kita berbohong kepada 3 dari 10 orang yang kita temui (DePaulo,Kashy et al, 1996). Lebih celaka lagi, setidaknya dalam 10 menit percakapan,78% berbohong sebanyak 2-3 kali (Tyler et al, 2006).



Seseorang dengan seenaknya mengatakan orang lain sebagai Pembohong padahal dia tidak bisa membuktikan jumlah kebohongannya lebih sedikit dari orang yang disebutnya sebagai Pembohong.

Bohong adalah sebuah aksi tanpa pemberitahuan sebelumnya yang bertujuan untuk mengubah pendirian seseorang agar percaya (Paul Ekman, 2007). Kebohongan itu bisa dilakukan dengan cara menciptakan 100% info/data/fakta rekayasa atau hanya sekian persen. Kebohongan juga bisa dilakukan dengan menyembunyikan info/data/fakta tertentu, menganggapnya "tidak ada", tidak memberitahukannya. Bohong juga bisa dilakukan dengan cara melebih-lebihkan atau justru merendahkan info/data/fakta tertentu saja. Oke deh kita lihat cuplikan2 berita ini untuk bahan pembelajaran seputar saling lontar gelar Pembohong untuk mendapatkan kesimpulan sementaranya.

BPK Tepis tudingan Ahok
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menepis tudingan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menyebut mereka tidak menyampaikan data yang benar dalam audit terkait pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras oleh Pemerintah Provinsi DKI pada tahun 2014.

"Data yang kami terima kan data dari Pemprov DKI. Fakta yang kami temukan adalah fakta yg terjadi dalam proses pembelian lahan tersebut. Seperti dokumen-dokumen dan sebagainya," kata Kepala Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, dan Pengembangan Keuangan Negara BPK RI Bachtiar Arif di kantornya, Rabu (13/4/2016).

BPK sudah menyatakan terjadi indikasi kerugian daerah dalam pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras oleh Pemerintah Provinsi DKI. Hal itu mereka cantumkan dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) keuangan Pemprov DKI 2014.

"Kaitan dengan yang disampaikan dengan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan Pemprov DKI 2014 ini ada rekomendasi kepada gubernur," ujar Bachtiar.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menuding BPK tidak menyampaikan data yang benar dalam audit mereka terkait pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras oleh Pemerintah Provinsi DKI pada tahun 2014.

"Yang pasti saya kira BPK menyembunyikan kebenaran," kata Ahok usai dimintai keterangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama hampir 12 jam pada Selasa (12/4/2016).

Diperiksa KPK
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, menuding Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menyembunyikan data sesungguhnya mengenai pembelian lahan RS Sumber Waras. "Yang pasti saya bilang BPK menyembunyikan data kebenaran. BPK minta kami melakukan sesuatu yang enggak bisa kami lakukan," tegas Ahok di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (12/4/2016).

"BPK minta batalkan transaksi beli rumah sakit. Mana bisa?" lanjut Ahok. Ahok mengatakan itu usai diperiksa selama 12 jam oleh penyidik KPK.

Menurut Ahok, jika hal itu akan dilakukan oleh BPK, maka harus ada pembelian balik, dengan harga yang baru atas lahan di kawasan Sumber Waras. "Tapi mau enggak Sumber Waras pakai harga baru? Kalau dijual pakai harga yang lama, negara sama saja rugi," kata Ahok. Pembelian lahan rumah sakit Sumber Waras diduga telah merugikan negara Rp 191 miliar.

Berdasarkan kronologi yang dibuat BPK, masalah bermula ketika pada 6 Juni 2014, Plt Gubernur yang saat itu dijabat Basuki T Purnama alias Ahok berminat membeli sebagian lahan seluas 3,6 hektare milik RS Sumber Waras, untuk dijadikan rumah sakit jantung dan kanker. Pembelian lahan dilakukan karena menurut Ahok kala itu, keberadaan rumah sakit untuk pasien sakit jantung dan kanker sangat diperlukan, karena kondisi pasien rumah sakit yang ada kian membeludak.


Kasus yang menarik, bukan?
Mari menantikan kebenaran diungkap sembari bersikap: Janganlah sembarang menuduh "KPK bisa dibeli Ahok", bila KPK menyatakan Pak Ahok tidak bersalah. Atau, memuji-muji KPK bila Pak Ahok dinyatakan bersalah. KPK tetap punya integritas dan kualitas kompetensi yang tinggi, apapun hasil pemeriksaan pada Pak Ahok, tetaplah mendukung KPK.

Kesimpulan (sementara)
1. Riset yang membuktikan bahwa manusia telah berbohong sejak usia 2 tahun (Fritz dan Hala, 1989) dst. ternyata bertumbuh terus seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur manusia. Banyak orang yang terpandang di masyarakat Jakarta dengan ringannya melontarkan gelar Pembohong kepada orang yang tidak disukai (lawan politik) dengan berbagai macam asesori pernyataannya. 

2. Semakin banyak juga yang menjelekkan lawannya dengan bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan). Para pelakunya dari hari ke hari demikian menikmati, semakin asyik bercemooh dan semakin lupa diri. Para penonton sandiwara publik seperti saya misalnya jadi bingung karena si Putih dan si Hitam di permainan catur politik ini sama-sama mendapat gelar Pembohong dan sama-sama mengklaim dirinya Benar dan Jujur !

3. Apabila kita berniat menjadi orang bijaksana maka kita dapat belajar dari peristiwa yang sedang marak terjadi di ibukota Indonesia ini. Bijaksana dalam menonton untuk mengambil hikmahnya, bijaksana dalam memberikan pendapat dan bijaksana mentransfer pengalaman hal ini setelah disunting sehalus mungkin untuk disajikan kepada orang orang terdekat semisal anak kita. 
Bijak itu hanya untuk orang yang mencarinya .. 

Sumber berita : dari sana-sini