Planet Kepler-452b atau Bumi 2.0 itu mengorbit bintang yang berusia sekitar 6 miliar tahun, lebih tua daripada matahari yang berusia 4,6 miliar tahun. Dalam ilmu astronomi, semakin tua usia orbit, semakin besar kemungkinan kehidupan yang terbentuk di sana. Hal yang paling menarik dalam temuan Kepler-452b adalah adanya bintang yang sangat mirip dengan matahari. Waktu yang dibutuhkan Kepler-452b untuk mengorbit bintangnya (waktu 1 tahun) adalah 385 hari. Jumlah itu tidak berbeda jauh dengan waktu 1 tahun di bumi yang berisi 365 hari.
Jarak Kepler-452b ke bintangnya lebih jauh 5 persen daripada jarak bumi ke matahari. Namun, sumber cahaya di sana lebih terang sehingga planet tersebut mendapat jumlah energi yang sama seperti yang diterima dunia yang ditinggali manusia.
Dari kejauhan, suhu permukaan Kepler-452b juga tampak cocok untuk air, satu unsur yang diyakini terpenting untuk adanya tanda kehidupan. Berdasar ukurannya, para ilmuwan yakin Kepler-452b berbatu seperti bumi, meski teori itu didasarkan pada analisis statistik dan pemodelan komputer, bukan bukti langsung. ’’Dengan radius 60 persen lebih besar dari bumi, planet ini agaknya lebih mungkin berbatu,’’ katanya. Dari ukurannya, Jenkins juga menduga Kepler-452b memiliki gravitasi dua kali lebih kuat dari permukaan bumi. Planet tersebut juga bisa punya atmosfer tebal, langit berawan, dan gunung-gunung api aktif.
Ahli astronomi dari Nottingham Trent University, Inggris, Dr Daniel Brown menyambut gembira temuan Kepler 452b yang diyakininya menerima spektrum dan intensitas cahaya yang sama seperti kita di bumi. ’’Ini berarti tanaman dari planet kita bisa tumbuh di sana jika terdapat bebatuan dan atmosfer. Anda bahkan bisa melakukan tanning (berjemur) seperti saat liburan,’’ ungkapnya.
Para ilmuwan sebelumnya menemukan planet seukuran bumi yang mengorbit di bintang-bintang yang disebut berada di ’’zona layak huni’’. Tetapi, bintang-bintang itu lebih dingin dan lebih kecil jika dibandingkan dengan matahari, bintang kuning tipe G2. ’’Ini kemajuan hebat dalam penemuan planet serupa bumi yang punya kesamaan ukuran serta temperatur dan mengelilingi bintang serupa matahari,’’ jelas ilmuwan Kepler, Jeff Coughlin, dari SETI Institute di Mountain View, California.
NASA meluncurkan pesawat berteleskop Kepler dengan biaya sampai USD 600 juta sejak 2009. Misi itu bertujuan meneliti planet-planet layak huni di galaksi Bima Sakti (Milky Way). Dari sudut pandang 85 juta kilometer dari bumi, Kepler bertugas memindai cahaya dari bintang-bintang yang jauh, mencari kilasan yang nyaris tidak terlihat karena tertutup kilau lintang yang menjadi petunjuk ketika sebuah planet melintas di depan mataharinya.
Misi Kepler telah menemukan lebih dari 1.000 planet. Dua belas di antaranya, termasuk Kepler-425b, berukuran kurang dari dua kali lipat besar bumi dan berada di zona habitasi bintang yang menjadi orbit mereka. Ke depan, para ilmuwan berniat menemukan lebih banyak planet dan mengatalogkan atmosfer serta karakteristik lainnya. Pada 2017, NASA berencana meluncurkan satelit ’’pemburu planet’’ yang disebut Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS). TESS akan menyediakan data yang lebih terperinci mengenai ukuran, massa, dan atmosfer planet-planet yang mengelilingi bintang-bintang yang jauh.
Tahun berikutnya, James Webb Space Telescope juga akan mengangkasa. Platform tersebut akan memberikan wawasan yang menakjubkan ke dunia lain, termasuk warna, perbedaan musim, serta potensi vegetasi. Jadi, jika sudah terlalu kecewa dengan bumi yang kita tinggali, semakin besar harapan bahwa kita atau anak cucu bisa pindah ke bumi lain yang lebih baik.