Banyak kisah mistis dari mendiang Sultan Hamengku Buwono IX yang amat menarik bagi orang yang memercayainya, khususnya orang2 dari suku Jawa. Beberapa kisah menarik dan terkesan ghaib bagi orang yang awam misalnya seperti beberapa kisah di bawah ini. Banyak kalangan meyakini berbagai hal mistis dan misterius pernah
terjadi pada Sultan Hamengku Buwono IX. Meski demikian, Sultan memang
tak banyak bicara tentang pengalaman batin yang dialami. Tapi orang lain
menyaksikan banyak kejadian di luar nalar yang berkaitan dengan
Dorodjatun (nama kecil Sultan).
1. Sultan Bertemu Nyi Kidul pada Bulan Purnama
Ia mengatakan pernah bertemu satu kali dengan Ratu Kidul. Kisah itu diungkap Sultan kepada tim penyusun buku Tahta untuk Rakyat. "Percaya atau tidak itu terserah masing-masing, tapi begitulah adanya," ujar Sultan, yang dituturkan kembali oleh Atmakusumah Astraatmadja (penyunting buku).
Pertemuan antara raja dan ratu itu terjadi di Parangkusumo. Hamengku Buwono IX, dalam Tahta untuk Rakyat, mengatakan, "Pada bulan purnama, Eyang Ratu Rara Kidul tampak sangat cantik."Konon "perkawinan" antara raja Jawa dan Ratu Laut Kidul adalah bentuk imbal jasa dari kemenangan Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam, atas Arya Penangsang. Aryo Penangsang adalah Bupati Jipang Panolan yang telah membunuh Sunan Prawoto, raja terakhir Kesultanan Demak.
Jumat, 28 Agustus 2015
Jumat, 21 Agustus 2015
Aldo juga belajar dari situs2 internet
Remaja asal Sukoharjo, Aldo Meyolla Geraldino, menjadi mahasiswa termuda di Universitas Gadjah Mada tahun akademik 2015/2016. Remaja 14 tahun itu berhasil menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran di kampus tersebut. Aldo diyakini memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Meski demikian, dia tetap tidak kehilangan jiwanya sebagai seorang remaja. "Dia tetap merupakan seorang remaja meski telah menjadi seorang mahasiswa," kata ayahnya, Masoed, saat ditemui di rumahnya, Rabu, 19 Agustus 2015. Anak keduanya itu tetap suka bermain seperti kebanyakan remaja lain.
Minggu, 16 Agustus 2015
40 kata gaul dan alay yang populer di dumay
2. KOOL : Sekilas cara membacanya sama dengan “cool” (keren), padahal kata ini merupakan singkatan dari KOalitas Orang Lowclass, yang artinya mirip dengan Alay
3. LEBAY : Merupakan hiperbol dan singkatan dari kata “berlebihan”. Kata ini populer di tahun 2006an. Kalo tidak salah Ruben Onsu atau Olga yang mempopulerkan kata ini di berbagai kesempatan di acara-acara di televisi yg mereka bawakan, dan biasanya digunakan untuk “mencela” orang yang berpenampilan norak.
4. JAYUS : Saya tadinya mengira kata ini merupakan singkatan, namun setelah saya telusuri, ternyata bukan. Arti sebenarnya adalah lawakan atau tingkah laku yang maunya melucu tapi tidak lucu.
Istilah Jayus populer di tahun 90an dan masih sesekali digunakan di masa kini. Dari cerita mulut ke mulut, konon ada seorang anak di daerah Kemang bernama Herman Setiabudhi yang kerap dipanggil Jayus oleh teman2nya. Jayus sendiri adalah nama ayah dari Herman (lengkapnya Jayus Kelana) yang seorang elukis di kawasan Blok M. Herman alias Jayus terkenal sebagai anak yang sering melawak tapi lawakannya kerap kali tidak lucu.
Menjaga Hubungan Agar Tetap Harmonis
1. Tetap Harmonis dengan Saling Menghormati. Ini point pertama yang harus dilakukan oleh seluruh pasangan suami istri yang ada di dunia tanpa terkecuali. Menghormati adalah salah satu cara kita memberi posisi tertinggi setelah Tuhan dan orang tua di hati kita. Menghormati keberadaan suami atau istri yang mendampingi kita akan membuat pasangan kita merasa dihargai. Tidak peduli apakah Anda lebih tua atau lebih muda dibandingkan pasangan Anda, yang terpenting perilaku saling menghormati antara Anda dan pasangan harus tercipta dan terjaga. Menjaga nama baik dan harga diri pasangan Anda adalah salah satu cara dari sikap saling menghormati.
2. Saling Pengertian. Banyak kasus perceraian terjadi dikarenakan kurangnya rasa pengertian masing-masing pihak. Suami atau istri akan merasa sulit menerima kekurangan dan kelebihan pasangan apabila rasa saling pengertian tidak tumbuh di hati. Padahal sejatinya, ketika memutuskan berumah tangga tentu masing-masing pihak telah siap menerima segala kekurangan dan kelebihan pasangan dalam perjalanan mengarungi biduk rumah tangga. Bila rasa saling pengertian tidak ada di hati suami atau istri, maka sudah bisa dipastikan bahwa rumah pertengkaran akan sering terjadi dan rumah tangga menjadi jauh dari suasana harmonis. Sebaiknya, mulailah menerima pasangan Anda dalam segala kondisi terburuk sekalipun. Bila ada kekurangan pada diri pasangan Anda, maka tutupilah kekurangan tersebut dengan kelebihan yang Anda miliki.
3. Komunikasi Lancar Menjaga Hubungan Tetap Harmonis. Komunikasi adalah cara paling mudah untuk mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh pasangan Anda. Komunikasi yang lancar akan membuat pasangan suami istri menjadi terbuka dalam segala hal, tidak ada maksud tersembunyi yang akan memicu timbulnya kecurigaan pasangan Anda. Komunikasi yang lancar juga melatih Anda dan pasangan untuk menjadi pendengar yang baik. Komunikasikan apa saja yang tengah Anda rasakan kepada pasangan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Jangan sungkan atau ragu untuk membicarakan segala sesuatu kepada pasangan Anda, karena bila Anda dan pasangan telah resmi menjadi suami istri, itu artinya pasangan Anda seharusnya adalah orang yang paling dekat dan paling tahu luar dalam tentang diri Anda.
4. Ciptakan Romantisme. Menjaga Hubungan Harmonis Suami Istri. Suasana romantis akan tercipta bila Anda memiliki sikap yang romantis kepada pasangan Anda. Siapapun akan sepakat bahwa sikap dan suasana romantis yang tercipta adalah faktor pendukung terciptanya hubungan yang harmonis. Siapa yang tidak senang bila pasangannya sangat berbakat menciptakan suasana romantis berdua? Memang tidak semua orang berbakat menciptakan suasana-suasana yang romantis untuk pasangannya, bahkan beberapa pasangan justru gagal menciptakan keromantisannya. Namun yakinlah, semua orang punya sisi-sisi romantis tersendiri. Bedanya, ada yang menonjol ada pula yang tidak terlihat. Bakat-bakat sikap romantis tetap ada pada diri masing-masing individu. Tidak perlu repot menyusun suatu kegiatan yang bersifat romantis untuk pasangan Anda. Hal-hal kecil yang bisa menyenangkan hati pasangan Anda pun akan terasa romantis apabila Anda tulus melakukannya. Misalnya, bangunkan pasangan dari tidurnya dengan sebatang bunga mawar merah atau secangkir kopi hangat, menyelipkan surat berisi pesan cinta di saku kemeja kerjanya, atau membisikkan kalimat “I love you” di telinganya saat beranjak tidur.
5. Saling Memberi Pujian. Memberi pujian kepada pasangan Anda membantu terciptanya hubungan yang harmonis dalam ikatan suami istri. Jangan sungkan untuk saling berbagi pujian kepada pasangan Anda. Memuji akan membuat perasaan pasangan Anda berbunga-bunga. Memuji juga akan membuat pasangan Anda merasa dihargai oleh pasangannya. Dengan saling memuji, setiap pasangan akan merasa menciptakan “prestasi” tersendiri untuk pasangannya. Anda bisa memberi pujian terhadap hasil masakan istri Anda, memberi pujian kepada suami bila ia telah berhasil memperbaiki alat rumah tangga yang rusak, atau bahkan pujian-pujian kecil yang berada pada anggota tubuh pasangan Anda. Misalnya, memuji hidungnya yang mancung, memuji bulu matanya yang lentik atau memuji susunan giginya yang rapi.
6. Dengan Saling Menguatkan Hubungan Suami Istri Akan Tetap Harmonis. Saling menguatkan juga merupakan point penting membangun hubungan yang harmonis antara suami dan istri. Ketika salah satu pasangan tengah berada dalam kondisi kesulitan, maka idealnya pasangannya menjadi penguat dan penyemangat bagi pasangannya yang kesulitan tersebut. Seringkali yang terjadi justru sebaliknya. Banyak pasangan yang enggan terlibat dalam kondisi kesulitan yang tengah dihadapi pasangannya. Ia justru menghindar karena menganggap bahwa kesulitan yang dihadapi pasangannya akan mengurangi sisi-sisi kebahagiaan dan kesenangannya. Padahal sesungguhnya, ketika bersedia menjadi pasangan suami istri dalam ikatan pernikahan yang sah, itu artinya sepasang suami istri harus rela bersama-sama terlibat dalam kondisi suka dan duka.
7. Hubungan Harmonis tak lepas dari Saling Mendoakan Antara Keduanya. Hubungan suami istri yang harmonis tidak akan tercipta tanpa peran serta doa di dalamnya. Ritual saling mendoakan akan membuat masing-masing pasangan menjadi merasa sangat penting di mata pasangannya. Menyelipkan doa-doa untuk pasangan Anda juga akan membuat pasangan Anda menyadari bahwa pasangan Anda benar-benar mencintai Anda. Libatkan selalu keberadaan Tuhan di tengah-tengah rumah tangga Anda. Dengan demikan diharapkan kebaikan-kebaikan akan selalu hadir di tengah-tengah keluarga sehingga keharmonisan antar suami dan istri tetap terjaga.
Penyebab Hubungan Suami Istri Tidak Harmonis
Ketidakberhasilan sebagian pasangan suami istri memelihara hubungan yang harmonis terjadi karena beberapa sebab. Adapun penyebab-penyebab yang harus Anda hindari agar suasana harmonis tidak terganggu antara lain adalah:
1. Jangan egois! Egois adalah biang keributan dimanapun. Rasa ingin menang sendiri, ingin selalu dimengerti, ingin selalu diperhatikan tanpa mau melakukan hal yang sama pada pasangan, dan rasa ingin selalu benar menjadi faktor dominan tercetusnya pertengkaran demi pertengkaran. Sikap egois bisa tumbuh pada diri siapa saja, baik itu pada diri istri maupun pada diri suami. Bila sikap ini terus-menerus Anda terapkan dalam menjalani hubungan suami istri, sudah bisa dipastikan pasangan Anda akan enggan menjalani hubungan yang lebih lama lagi bersama Anda. Perceraian akan menjadi pilihan yang paling sering diambil bila salah satunya tidak bisa meredam sifat egoisnya.
2. Jangan membanding-bandingkan! Hindari sikap membanding-bandingkan antara pasangan Anda dengan orang lain. Masih mending bila Anda membandingkan kelebihannya dengan kekurangan yang dimiliki orang lain. Namun bila sebaliknya? Tentu Ini akan membuat pasangan Anda menjadi berkecil hati. Syukuri saja bagaimana adanya kondisi pasangan Anda dan yakin bahwa di setiap kekurangannya selalu ada kelebihannya. Membanding-bandingkan pasangan dengan orang lain justru akan membuat pasangan Anda merasa tidak lebih baik mendampingi Anda. Bisa-bisa pasangan Anda akan memilih meninggalkan Anda bila Anda terlalu sibuk membanding-bandingkannya dengan orang lain.
3. Jangan over protektif! Sayang sih boleh sayang, cinta sih boleh cinta. Tapi itu tidak menjadi alasan bahwa Anda berhak menguasai seluruh aktivitas pasangan Anda dengan dalih perlindungan kasih sayang! Anda boleh melindungi pasangan Anda bila Anda merasa sesuatu itu mengancam keselamatan dan kehormatannya. Namun bukan berarti hal-hal kecil pun harus berada dalam pengawasan Anda hingga membuat pasangan Anda merasa diperlakukuan seperti anak kecil. Percayakan saja apa yang dilakukannya. Bila Anda mencurigai apa yang tengah dilakukannya berbahaya, silahkan komunikasikan sebaik-baiknya.
4. Jangan berbohong! Jangan sekali-kali Anda membiasakan diri membohongi pasangan Anda demi sesuatu yang hasilnya hanya akan Anda nikmati sendiri. Membohongi pasangan sama artinya menyelingkuhi pasangan dari apa yang tidak ia ketahui. Bila Anda ingin berbohong, lakukan kebohongan yang tujuannya untuk kebahagiaan yang bisa dirasakan bersamanya. Misalnya Anda membohongi pasangan Anda demi keberhasilan rencana kejutan yang Anda buat untuk merayakan ulang tahunnya. Berbohong seperti itu justru akan membuat pasangan seperti itu akan membuat pasangan senang karena ada sisi-sisi romantis yang bisa dirasakan oleh Anda dan pasangan.
5. Jangan menunjukkan "kemesraan" percakapan dengan pihak ke-3 dihadapan pasangan masing2. Terkadang seseorang terlalu asyik menunjukkan hal ini dihadapan pasangannya, hal ini yang lama kelamaan akan menyulut rasa kecewa yang berkepanjangan. Jujur saja, saya sedang mencari cara untuk menetralisir diri agar tidak terpengaruh oleh hal ini. Tapi apa daya, saya belum mampu melepaskan diri dari fenomena ini !!
Semoga dengan mengaplikasikan tips-tips di atas bersama pasangan, Anda bisa menciptakan hubungan yang harmonis sepanjang waktu bersama pasangan Anda. Selamat mencoba!
Kamis, 13 Agustus 2015
Siapa Sosok Pria dalam Iklan dan Bungkus Rokok ?
Setiap mau merokok seperti ada yang mengganjal di benak saya, ada sesuatu yang terkesan horor !! Kesel juga sih, kenapa di setiap iklan dan bungkus rokok favorit saya dia selalu ada bersama dua tengkorak ?
Selasa, 11 Agustus 2015
Membully di sosial media Indonesia bisa dipenjara 6 tahun penjara dan denda Rp.1 Milyar !
Terkadang kita begitu bebas mengetik postingan dan komen, ada yg cuma teks ada juga yang pakai foto/gambar. Padahal sesuai UU ITE ada hal2 yg bisa dikenai penjara 6 tahun dan denda Rp.1 Milyar. Supaya kita tau sedikit sebaiknya belajar dari kasus yg pernah terjadi aja yaaa ..
1. Kasus yang paling anyar, adalah kasus pencemaran nama baik artis Prilly Latuconsina. Sebelum melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya, Prilly juga sempat membicarakan kasus ini pada media. Menurutnya, pelaku yang menyebarkan foto bugil dirinya benar-benar amatiran karena hasil kerjanya benar-benar tidak sempurna. Nah sekarang si pengunggah foto bugilnya lagi diproses secara hukum !!
2. Kasus pencemaran pak Jokowi oleh tukang sate. MA, 24 tahun, ditahan di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia karena dituduh menghina Presiden Joko Widodo di media sosial Facebook. Penahanan MA, warga Ciracas, Jakarta Timur, telah dilakukan dan berakhir dengan happy ending karena sudah selesai di Istana, MA malah dikasih amplop berisi uang oleh pak Jokowi !!
Tapi serem kalau melihat ceritanya : Penangkapan MA berawal pada Kamis pagi, 23 Oktober 2014. Empat laki-laki berpakaian sipil mendatangi rumah MA. Mereka menanyakan beberapa hal, kemudian langsung menciduk MA dan ke Mabes Polri. "Setelah pemeriksaan selama 24 jam, MA ditetapkan sebagai tersangka pada Jumat siang keesokan harinya," tutur Irfan. MA dijerat beberapa pasal berlapis, yaitu pasal pencemaran nama baik dalam Undang-Undang ITE dan UU Pornografi. Ancaman hukuman untuk MA mencapai 10 tahun penjara. wuihh !! bukan 6 tahun malah 10 tahun ancaman hukumannya ..
3. Wisni Yetty, dipidana 5 bulan penjara karena didakwa melakukan percakapan asusila di Facebook. Ia resmi mengajukan banding melalui Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Senin, 6 April. Di tingkat Pengadilan Negeri Bandung Wisni divonis dengan pidana penjara 5 bulan dan denda Rp 100 juta subsider enam bulan karena melangar Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Putusan tersebut jauh lebih berat dari tuntutan jaksa penuntut umum yang menuntut Wisni dengan hukuman penjara 4 bulan denda Rp 10 juta.
Masih banyak lagi kasus2 lainnya yangg bergulir dari dunia maya ke dunia nyata. Para pembully dan hatters bisa dilacak dengan cepat, jadi tidak benar kalau ada akun FB / Twitter /Instagram bisa lolos dari pelacakan para pakar cyber kepolisian, begitu aja infonya ya .. selanjutnya terserah anda. Mau bermain cantik apa mau bermain ngeri2 sedap dan berakhir di ranah hukum !!
1. Kasus yang paling anyar, adalah kasus pencemaran nama baik artis Prilly Latuconsina. Sebelum melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya, Prilly juga sempat membicarakan kasus ini pada media. Menurutnya, pelaku yang menyebarkan foto bugil dirinya benar-benar amatiran karena hasil kerjanya benar-benar tidak sempurna. Nah sekarang si pengunggah foto bugilnya lagi diproses secara hukum !!
2. Kasus pencemaran pak Jokowi oleh tukang sate. MA, 24 tahun, ditahan di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia karena dituduh menghina Presiden Joko Widodo di media sosial Facebook. Penahanan MA, warga Ciracas, Jakarta Timur, telah dilakukan dan berakhir dengan happy ending karena sudah selesai di Istana, MA malah dikasih amplop berisi uang oleh pak Jokowi !!
Tapi serem kalau melihat ceritanya : Penangkapan MA berawal pada Kamis pagi, 23 Oktober 2014. Empat laki-laki berpakaian sipil mendatangi rumah MA. Mereka menanyakan beberapa hal, kemudian langsung menciduk MA dan ke Mabes Polri. "Setelah pemeriksaan selama 24 jam, MA ditetapkan sebagai tersangka pada Jumat siang keesokan harinya," tutur Irfan. MA dijerat beberapa pasal berlapis, yaitu pasal pencemaran nama baik dalam Undang-Undang ITE dan UU Pornografi. Ancaman hukuman untuk MA mencapai 10 tahun penjara. wuihh !! bukan 6 tahun malah 10 tahun ancaman hukumannya ..
3. Wisni Yetty, dipidana 5 bulan penjara karena didakwa melakukan percakapan asusila di Facebook. Ia resmi mengajukan banding melalui Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Senin, 6 April. Di tingkat Pengadilan Negeri Bandung Wisni divonis dengan pidana penjara 5 bulan dan denda Rp 100 juta subsider enam bulan karena melangar Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Putusan tersebut jauh lebih berat dari tuntutan jaksa penuntut umum yang menuntut Wisni dengan hukuman penjara 4 bulan denda Rp 10 juta.
Masih banyak lagi kasus2 lainnya yangg bergulir dari dunia maya ke dunia nyata. Para pembully dan hatters bisa dilacak dengan cepat, jadi tidak benar kalau ada akun FB / Twitter /Instagram bisa lolos dari pelacakan para pakar cyber kepolisian, begitu aja infonya ya .. selanjutnya terserah anda. Mau bermain cantik apa mau bermain ngeri2 sedap dan berakhir di ranah hukum !!
Sabtu, 08 Agustus 2015
Sejarah Bendera Negara
Bendera Negara Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara adalah Sang Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, atau kadang disebut Sang Dwiwarna (dua warna). Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.
Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13. Akan tetapi ada pendapat bahwa pemuliaan terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan warna merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal inilah maka warna merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia — dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar.
Sejarah nama INDONESIA
Nama INDONESIA berasal dari berbagai rangkaian sejarah yang puncaknya terjadi di pertengahan abad ke-19. Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan Australia dengan aneka nama, sementara orang Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai ("Kepulauan Laut Selatan"). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara ("Kepulauan Tanah Seberang"), nama yang diturunkan dari kata dalam bahasa Sanskerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa ("Pulau Emas", diperkirakan Pulau Sumatera sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu sebagai Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab, luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "orang Jawa" oleh orang Arab, termasuk untuk orang Indonesia dari luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatera), Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah(Sunda) yang disebut kulluh Jawi ("semuanya Jawa").
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang", sementara kepulauan ini memperoleh namaKepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau Hindia Timur (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales).
Nama lain yang kelak juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais). Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "Insulinde", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin "insula" berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20.
Pada 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur"), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris,George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain.
Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris): "... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"".
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan yang sekarang dikenal sebagai Indonesia, sebab istilah Indian Archipelago ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Hal itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini bahwa penduduk di kepulauan ini adalah Indian, sebuah julukan yang dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa. Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia): "Earl menyarankan istilah etnografi "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah geografis murni "Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia"
Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel ("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro persdengan nama Indonesische Persbureau. Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk "Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch ("Hindia") oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander ("pribumi") diganti dengan Indonesiër ("orang Indonesia")..
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia-Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air pada masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia".
Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda. Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesië diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Permohonan ini ditolak.
Sementara itu, Kamus Poerwadarminta yang diterbitkan pada tahun yang sama mencantumkan lema nusantara sebagai bahasa Kawi untuk "kapuloan (Indonesiah)". Pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 melenyaplah nama "Hindia-Belanda". Pada tanggal 17 Agustus 1945, menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah Republik Indonesia.
Indonesia |
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang", sementara kepulauan ini memperoleh namaKepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau Hindia Timur (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales).
Nama lain yang kelak juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais). Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "Insulinde", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin "insula" berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20.
Pada 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur"), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris,George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain.
Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris): "... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"".
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan yang sekarang dikenal sebagai Indonesia, sebab istilah Indian Archipelago ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Hal itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini bahwa penduduk di kepulauan ini adalah Indian, sebuah julukan yang dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa. Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia): "Earl menyarankan istilah etnografi "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah geografis murni "Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia"
Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel ("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro persdengan nama Indonesische Persbureau. Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk "Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch ("Hindia") oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander ("pribumi") diganti dengan Indonesiër ("orang Indonesia")..
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia-Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air pada masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia".
Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda. Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesië diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Permohonan ini ditolak.
Sementara itu, Kamus Poerwadarminta yang diterbitkan pada tahun yang sama mencantumkan lema nusantara sebagai bahasa Kawi untuk "kapuloan (Indonesiah)". Pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 melenyaplah nama "Hindia-Belanda". Pada tanggal 17 Agustus 1945, menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah Republik Indonesia.
Rabu, 05 Agustus 2015
Pesawat antariksa Kepler temukan planet Bumi 2.0 !
Planet Kepler-452b atau Bumi 2.0 itu mengorbit bintang yang berusia sekitar 6 miliar tahun, lebih tua daripada matahari yang berusia 4,6 miliar tahun. Dalam ilmu astronomi, semakin tua usia orbit, semakin besar kemungkinan kehidupan yang terbentuk di sana. Hal yang paling menarik dalam temuan Kepler-452b adalah adanya bintang yang sangat mirip dengan matahari. Waktu yang dibutuhkan Kepler-452b untuk mengorbit bintangnya (waktu 1 tahun) adalah 385 hari. Jumlah itu tidak berbeda jauh dengan waktu 1 tahun di bumi yang berisi 365 hari.
Jarak Kepler-452b ke bintangnya lebih jauh 5 persen daripada jarak bumi ke matahari. Namun, sumber cahaya di sana lebih terang sehingga planet tersebut mendapat jumlah energi yang sama seperti yang diterima dunia yang ditinggali manusia.
Dari kejauhan, suhu permukaan Kepler-452b juga tampak cocok untuk air, satu unsur yang diyakini terpenting untuk adanya tanda kehidupan. Berdasar ukurannya, para ilmuwan yakin Kepler-452b berbatu seperti bumi, meski teori itu didasarkan pada analisis statistik dan pemodelan komputer, bukan bukti langsung. ’’Dengan radius 60 persen lebih besar dari bumi, planet ini agaknya lebih mungkin berbatu,’’ katanya. Dari ukurannya, Jenkins juga menduga Kepler-452b memiliki gravitasi dua kali lebih kuat dari permukaan bumi. Planet tersebut juga bisa punya atmosfer tebal, langit berawan, dan gunung-gunung api aktif.
Ahli astronomi dari Nottingham Trent University, Inggris, Dr Daniel Brown menyambut gembira temuan Kepler 452b yang diyakininya menerima spektrum dan intensitas cahaya yang sama seperti kita di bumi. ’’Ini berarti tanaman dari planet kita bisa tumbuh di sana jika terdapat bebatuan dan atmosfer. Anda bahkan bisa melakukan tanning (berjemur) seperti saat liburan,’’ ungkapnya.
Para ilmuwan sebelumnya menemukan planet seukuran bumi yang mengorbit di bintang-bintang yang disebut berada di ’’zona layak huni’’. Tetapi, bintang-bintang itu lebih dingin dan lebih kecil jika dibandingkan dengan matahari, bintang kuning tipe G2. ’’Ini kemajuan hebat dalam penemuan planet serupa bumi yang punya kesamaan ukuran serta temperatur dan mengelilingi bintang serupa matahari,’’ jelas ilmuwan Kepler, Jeff Coughlin, dari SETI Institute di Mountain View, California.
NASA meluncurkan pesawat berteleskop Kepler dengan biaya sampai USD 600 juta sejak 2009. Misi itu bertujuan meneliti planet-planet layak huni di galaksi Bima Sakti (Milky Way). Dari sudut pandang 85 juta kilometer dari bumi, Kepler bertugas memindai cahaya dari bintang-bintang yang jauh, mencari kilasan yang nyaris tidak terlihat karena tertutup kilau lintang yang menjadi petunjuk ketika sebuah planet melintas di depan mataharinya.
Misi Kepler telah menemukan lebih dari 1.000 planet. Dua belas di antaranya, termasuk Kepler-425b, berukuran kurang dari dua kali lipat besar bumi dan berada di zona habitasi bintang yang menjadi orbit mereka. Ke depan, para ilmuwan berniat menemukan lebih banyak planet dan mengatalogkan atmosfer serta karakteristik lainnya. Pada 2017, NASA berencana meluncurkan satelit ’’pemburu planet’’ yang disebut Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS). TESS akan menyediakan data yang lebih terperinci mengenai ukuran, massa, dan atmosfer planet-planet yang mengelilingi bintang-bintang yang jauh.
Tahun berikutnya, James Webb Space Telescope juga akan mengangkasa. Platform tersebut akan memberikan wawasan yang menakjubkan ke dunia lain, termasuk warna, perbedaan musim, serta potensi vegetasi. Jadi, jika sudah terlalu kecewa dengan bumi yang kita tinggali, semakin besar harapan bahwa kita atau anak cucu bisa pindah ke bumi lain yang lebih baik.
Selasa, 04 Agustus 2015
Ruwat
Menarik juga kalau sudah diskusi di grup FB Indigo Indonesia (https://www.facebook.com/groups/bsindigoindonesia/ ) masuk ke adat Jawa/Sunda, ini sekedar info tentang istilah RUWAT biar gak menyamakan dg RUWET atau RAWAT INAP ..
Dalam masyarakat Jawa,ritual ruwat dibedakan dalam tiga golongan besar yaitu :
1. Ritual ruwat untuk diri sendiri.
2. Ritual ruwat untuk lingkungan.
3. Ritual ruwat untuk wilayah.
Pada umumnya, pangruwatan Murwa Kala dilakukan dengan pagelaran pewayangan yang membawa cerita Murwa Kala dan dilakukan oleh dalang khusus memiliki kemampuan dalam bidang ruwatan. Pada ritual pangruwatan, bocah sukerta dipotong rambutnya dan menurut kepercayaan masyarakat Jawa, kesialan dan kemalangan sudah menjadi tanggungan dari dalang karena anak sukerta sudah menjadi anak dalang. Karena pagelaran wayang merupakan acara yang dianggap sakral dan memerlukan biaya yang cukup banyak, maka pelaksanaan ruwatan pada zaman sekarang ini dengan pagelaran wayang dilakukan dalam lingkup pedesaan atau pedusunan.
Proses ruwatan seperti yang diterangkan ini bisa ditujukan untuk seseorang yang akan diruwat, namun pelaksanaannya pada siang hari. Sedangkang untuk meruwat lingkup lingkungan, biasanya dilakukan pada malam hari. Perbedaan pemilihan waktu pelaksanaan pagelaran ditentukan melalui perhitungan hari dan pasaran.
Tradisi “upacara /ritual ruwatan” hingga kini masih dipergunakan orang jawa, sebagai sarana pembebasan dan penyucian manusia atas dosanya/kesalahannya yang berdampak kesialan didalam hidupnya. Dalam cerita “wayang“ dengan lakon Murwakala pada tradisi ruwatan di jawa ( jawa tengah) awalnya diperkirakan berkembang didalam cerita jawa kuno, yang isi pokoknya memuat masalah pensucian, yaitu pembebasan dewa yang telah ternoda, agar menjadi suci kembali, atau meruwat berarti: mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan/ritual dengan media wayang kulit yang mengambil tema/cerita Murwakala.
Dalam tradisi jawa orang yang keberadaannya dianggap mengalami nandang sukerto/berada dalam dosa, maka untuk mensucikan kembali, perlu mengadakan ritual tersebut. Menurut ceriteranya, orang yang manandang sukerto ini, diyakini akan menjadi mangsanya Batara Kala. Tokoh ini adalah anak Batara Guru (dalam cerita wayang) yang lahir karena nafsu yang tidak bisa dikendalikannya atas diri DewiUma, yang kemudian sepermanya jatuh ketengah laut, akhirnya menjelma menjadi raksasa, yang dalam tradisi pewayangan disebut “Kama salah kendang gumulung “. Ketika raksasa ini menghadap ayahnya (Batara guru) untuk meminta makan, oleh Batara guru diberitahukan agar memakan manusia yang berdosa atau sukerta. Atas dasar inilah yang kemudian dicarikan solosi, agar tak termakan Sang Batara Kala ini diperlukan ritual ruwatan. Kata Murwakala/purwakala berasal dari kata purwa (asalmuasal manusia) ,dan pada lakon ini, yang menjadi titik pandangnya adalah kesadaran : atas ketidak sempurnanya diri manusia, yang selalu terlibat dalam kesalahan serta bisa berdampak timbulnya bencana (salah kedaden).
Latar Belakang. Diruwat (jawa) atau diruat (sunda) berasal dari adat istiadat Jawa, istilah ruwat berasal dari istilah Ngaruati artinya menjaga dari kecelakaan Dewa Batara. Biasanya ruwat dilaksanakan ketika: anak yang sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik maupun kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah mencari kehidupan, mempnyai tanda Wisnu (tanda putih pada badannya, dll)
1. Ritual ruwat untuk diri sendiri.
2. Ritual ruwat untuk lingkungan.
3. Ritual ruwat untuk wilayah.
Pada umumnya, pangruwatan Murwa Kala dilakukan dengan pagelaran pewayangan yang membawa cerita Murwa Kala dan dilakukan oleh dalang khusus memiliki kemampuan dalam bidang ruwatan. Pada ritual pangruwatan, bocah sukerta dipotong rambutnya dan menurut kepercayaan masyarakat Jawa, kesialan dan kemalangan sudah menjadi tanggungan dari dalang karena anak sukerta sudah menjadi anak dalang. Karena pagelaran wayang merupakan acara yang dianggap sakral dan memerlukan biaya yang cukup banyak, maka pelaksanaan ruwatan pada zaman sekarang ini dengan pagelaran wayang dilakukan dalam lingkup pedesaan atau pedusunan.
Tradisi “upacara /ritual ruwatan” hingga kini masih dipergunakan orang jawa, sebagai sarana pembebasan dan penyucian manusia atas dosanya/kesalahannya yang berdampak kesialan didalam hidupnya. Dalam cerita “wayang“ dengan lakon Murwakala pada tradisi ruwatan di jawa ( jawa tengah) awalnya diperkirakan berkembang didalam cerita jawa kuno, yang isi pokoknya memuat masalah pensucian, yaitu pembebasan dewa yang telah ternoda, agar menjadi suci kembali, atau meruwat berarti: mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan/ritual dengan media wayang kulit yang mengambil tema/cerita Murwakala.
Dalam tradisi jawa orang yang keberadaannya dianggap mengalami nandang sukerto/berada dalam dosa, maka untuk mensucikan kembali, perlu mengadakan ritual tersebut. Menurut ceriteranya, orang yang manandang sukerto ini, diyakini akan menjadi mangsanya Batara Kala. Tokoh ini adalah anak Batara Guru (dalam cerita wayang) yang lahir karena nafsu yang tidak bisa dikendalikannya atas diri DewiUma, yang kemudian sepermanya jatuh ketengah laut, akhirnya menjelma menjadi raksasa, yang dalam tradisi pewayangan disebut “Kama salah kendang gumulung “. Ketika raksasa ini menghadap ayahnya (Batara guru) untuk meminta makan, oleh Batara guru diberitahukan agar memakan manusia yang berdosa atau sukerta. Atas dasar inilah yang kemudian dicarikan solosi, agar tak termakan Sang Batara Kala ini diperlukan ritual ruwatan. Kata Murwakala/purwakala berasal dari kata purwa (asalmuasal manusia) ,dan pada lakon ini, yang menjadi titik pandangnya adalah kesadaran : atas ketidak sempurnanya diri manusia, yang selalu terlibat dalam kesalahan serta bisa berdampak timbulnya bencana (salah kedaden).
Latar Belakang. Diruwat (jawa) atau diruat (sunda) berasal dari adat istiadat Jawa, istilah ruwat berasal dari istilah Ngaruati artinya menjaga dari kecelakaan Dewa Batara. Biasanya ruwat dilaksanakan ketika: anak yang sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik maupun kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah mencari kehidupan, mempnyai tanda Wisnu (tanda putih pada badannya, dll)
Sabtu, 01 Agustus 2015
Asal usul nama hari (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu dan Minggu)
Mengapa ada orang yang percaya bahwa langit itu berlapis tujuh ? Ini ada
kaitannya dengan tujuh benda langit yang memiliki jarak yang berbeda.
Maksudnya benda yang lebih cepat bergeraknya dianggap lebih dekat jaraknya,
lalu akan digambarkanlah seolah-olah
benda-benda tersebut berada pada lapisan langit yang berbeda dan mengelilingi bumi yang seolah berada di tengah.
Alam Semesta |
Tips Mengatasi Kegalauan Pikiran
Tidak dapat dipungkiri bahwa kita semua mendambakan kehidupannya yang sukses dan bahagia. Namun tak dapat disangkal bahwa hidup ini penuh dengan dinamika seperti ombak di lautan, berbagai kejadian hidup bergulir terus seperti roda yang terus berputar. 😔
Saya sangat mengapresiasi/ menghargai keluhan lewat inbox dan postingan di arena grup facebook tentang masalah ini dari sahabat yang kebetulan sedang mengalaminya, semoga tips pengalaman pribadi saya ini dapat sebagai bahan pertimbangan mengatasi masalah mental dan pikiran yang sedang dilanda kegalauan atau pun kesedihan yang seolah-olah tidak jelas ujung dan pangkalnya ..
Kita sesungguhnya telah mengetahui bahwa menjalani kehidupan di dunia ini berbagai permasalahan itu akan muncul apakah sifatnya ringan, sedang ataupun berat. Kita hidup di bumi ini rasanya tak mungkin luput atau lepas dari permasalahan hidup. Orang bijak mengatakan " orang yang tidak punya masalah justru itulah masalahnya".
Saya sangat mengapresiasi/ menghargai keluhan lewat inbox dan postingan di arena grup facebook tentang masalah ini dari sahabat yang kebetulan sedang mengalaminya, semoga tips pengalaman pribadi saya ini dapat sebagai bahan pertimbangan mengatasi masalah mental dan pikiran yang sedang dilanda kegalauan atau pun kesedihan yang seolah-olah tidak jelas ujung dan pangkalnya ..
Kita sesungguhnya telah mengetahui bahwa menjalani kehidupan di dunia ini berbagai permasalahan itu akan muncul apakah sifatnya ringan, sedang ataupun berat. Kita hidup di bumi ini rasanya tak mungkin luput atau lepas dari permasalahan hidup. Orang bijak mengatakan " orang yang tidak punya masalah justru itulah masalahnya".
Langganan:
Postingan (Atom)