Jumat, 03 April 2015

Paskah

Paskah (bahasa Latin: Páscha, bahasa Yunani: Πάσχα, Paskha; bahasa Aram: פַּסחאPasḥa; dari bahasa Ibrani: פֶּסַח Pesaḥ) adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Bagi umat Kristen, Paskah identik dengan Yesus, yang oleh Paulus disebut sebagai "anak domba Paskah"; jemaat Kristen hingga saat ini percaya bahwa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. Paskah merayakan hari kebangkitan tersebut dan merupakan perayaan yang terpenting karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus, seperti yang tercatat di dalam keempat Injil di Perjanjian Baru. Perayaan ini juga dinamakan Minggu Paskah, Hari Kebangkitan, atau Minggu Kebangkitan.


Paskah juga merujuk pada masa di dalam kalender gereja yang disebut masa Paskah, yaitu masa yang dirayakan dulu selama empat puluh hari sejak Minggu Paskah (puncak dari Pekan Suci) hingga hari Kenaikan Yesus namun sekarang masa tersebut diperpanjang hingga lima puluh hari, yaitu sampai dengan hari Pentakosta (yang artinya "hari kelima puluh" - hari ke-50 setelah Paskah, terjadi peristiwa turunnya Roh Kudus). Minggu pertama di dalam masa Paskah dinamakan Oktaf Paskah oleh Gereja Katolik Roma. Hari Paskah juga mengakhiri perayaan Pra-Paskah yang dimulai sejak empat puluh hari sebelum Kamis Putih, yaitu masa-masa berdoa, penyesalan, dan persiapan berkabung.

Paskah merupakan salah satu hari raya yang berubah-ubah tanggalnya (dalam kekristenan disebut dengan perayaan yang berpindah[2]) karena disesuaikan dengan hari tertentu (dalam hal ini hari Minggu), bukan tanggal tertentu di dalam kalender sipil. Hari raya-hari raya Kristen lainnya tanggalnya disesuaikan dengan hari Paskah tersebut dengan menggunakan sebuah formula kompleks. Paskah biasanya dirayakan antara akhir bulan Maret hingga akhir bulan April (kekristenan ritus Barat) atau awal bulan April hingga awal bulan Mei (kekristenan ritus Timur) setiap tahunnya, tergantung kepada siklus bulan

Setelah ratusan tahun gereja-gereja tidak mencapai suatu kesepakatan, saat ini semua gereja telah menerima perhitungan Gereja Aleksandria (sekarang disebut Gereja Koptik) yang menentukan bahwa hari Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah Bulan Purnama Paskah, yaitu bulan purnama pertama yang hari keempat belasnya ("bulan purnama" gerejawi) jatuh pada atau setelah 21 Maret (titik Musim Semi Matahari/vernal equinox gerejawi)

Minggu Paskah bukan perayaan yang sama (namun masih berhubungan) dengan Paskah Yahudi (bahasa Ibrani: פסח atau Pesakh)dalam hal simbolisme dan juga penanggalannya. Bahasa Indonesia tidak memiliki istilah yang berbeda untuk Paskah Pesakh (Yahudi) dan Paskah Paskha (Kristen) sebagaimana beberapa bahasa Eropa yang mempunyai dua istilah yang berbeda, oleh sebab itu kata Paskah dapat memiliki dua arti yang berbeda di dalam bahasa Indonesia.
Banyak elemen budaya, termasuk kelinci Paskah, telur Paskah, dan mengirim kartu Paskah telah menjadi bagian dari perayaan Paskah modern, dan elemen-elemen tersebut biasa dirayakan oleh umat Kristen maupun non-Kristen.

Perayaan Paskah

Tradisi Paskah Kristen

Anak Domba
Di antara simbol-simbol Paskah Kristiani yang populer, anak domba adalah yang paling penting dalam perayaan agung ini. Yesus Kristus sebagai "Anak Domba Paskah", sebagaimana yang diungkapkan Paulus dalam 1 Korintus 5:7, dengan bendera kemenangan, dapat dilihat dalam lukisan-lukisan yang dipasang di rumah-rumah keluarga Eropa.
Doa paling kuno untuk pemberkatan anak domba ditemukan dalam buku ritual abad ketujuh biara Benediktin di Bobbio, Italia. Dua ratus tahun kemudian Roma mempergunakannya dan sesudah itu, selama berabad-abad kemudian, menu utama santap malam Paus pada Hari Raya Paskah adalah anak domba panggang. Setelah abad kesepuluh, sebagai ganti anak domba utuh, disajikan potongan-potongan daging yang lebih kecil.
Tradiri kuno anak domba Paskah juga mengilhami umat Kristiani untuk menyajikan daging anak domba sebagai hidangan populer pada masa Paskah. Hingga sekarang, daging anak domba disajikan sebagai menu utama Minggu Paskah di berbagai daerah di Eropa timur. Tetapi, seringkali bentuk-bentuk anak domba kecil terbuat dari mentega, roti atau pun gula-gula menggantikan sajian daging anak domba, dan menjadi hidangan utama jamuan Paskah.
Tuguran
Tuguran adalah tradisi penting dalam Gereja Katolik Roma, yang mencakup puasa sampai 40 jam mulai Jumat pagi sebelum Paskah. Hari Sabtu tengah malam mereka berbuka puasa, dengan menyanyikan kidung rohani, membaca kitab suci dan melakukan ritual dengan roti dan anggur. Misa fajar pada Minggu Paskah merupakan salah satu bentuk tuguran.
Acara musik Paskah
Di kota Winston-Salem, negara bagian North Carolina, AS terdapat sebuah jemaat Gereja Persaudaraan Moravia yang memiliki tradisi Paskah tahunan. Mulai hari Minggu pukul dua dini hari, para anggota gereja Moravia kota tersebut datang ke sebuah kuburan bersejarah bernama God's Acre untuk menyambut kebangkitan Yesus diiringi dengan koor alat-alat musik yang berjumlah hingga 500 alat musik. Acara ini sudah dilangsungkan setiap tahun selama lebih dari dua abad dan telah menarik ribuan turis setiap tahunnya sehingga kota Winston-Salem diberi julukan "Kota Paskah" (Easter City).
Salubong
Di Filipina yang mayoritasnya Katolik Roma, pada hari Minggu Paskah paginya diselenggarakan dengan perayaan yang penuh sukacita, yang dikenal dengan nama Salubong (Pertemuan). Pada festival tersebut patung raksasa Maria dan Yesus, dan beberapa orang suci lainnya, diarak di jalanan yang m. Perayaan kemudian dilanjutkan dengan misa Paskah.
Misa sehari penuh
Di New Mexico, AS setiap tahun, sampai 50 ribu orang berbaris di jalan-jalan di negara bagian tersebut untuk mencapai sebuah gereja kecil berumur 200 tahun pada fajar Hari Paskah. Ada yang berjalan sejauh 165 kilometer. Gereja ini menyelenggarakan misa sehari penuh tanpa henti, memberikan sakramen komuni suci untuk semua umat yang datang.
Gua Maria
Di Nusa Tenggara Timur, Indonesia setiap menjelang Paskah, puluhan ribu peziarah mengunjungi Kapel Tuan Ma di Kota Larantuka, untuk menghormati Mater Dolorosa atau patung Bunda Maria. Selain hari Paskah, patung ini tidak diperkenankan dilihat untuk umum. Puluhan ribu umat Katolik dari berbagai daerah rela mengantre berjam-jam untuk dapat masuk dalam Kapel Tuan Ma. Di kapel itu, digelar upacara Muda Tuan atau pembersihan patung Bunda Maria. Selesai upacara, pintu-pintu kapela dibuka dan umat diperbolehkan masuk untuk memberikan penghormatan kepada Mater Dolorosa. Di dalam kapela, para peziarah menyalakan lilin sambil menyanyikan lagu-lagu untuk memuji Mater Dolorosa. Patung Mater Dolorosa hanya dapat dilihat setahun sekali pada saat menjelang Paskah. Sebuah prosesi kebangkitan di Sulmona, Italia :

Prosesi kebangkitan
Di Polandia, prosesi kebangkitan (Rezurekcja) dimulai pada misa Paskah pagi pada saat lonceng-lonceng gereja dibunyikan dengan suara nyaring untuk memperingati kebangkitan Yesus. Tradisi yang lain adalah Święconka, yakni pemberkatan keranjang Paskah oleh pastor pada Sabtu Suci.
Kota Sevile di Spanyol biasanya menyelenggarakan perayaan Paskah yang sangat meriah. Selama Pekan Suci, prosesi demi prosesi berlangsung di kota tersebut (total 58 prosesi selama Pekan Suci 2007) yang tidak jarang diikuti oleh 3000 orang per prosesi. Pemain musik ikut dalam iring-iringan tersebut. Prosesi yang paling terkenal adalah pada Jumat Agung malam.
Selain di Seville, kota-kota lainnya di Spanyol juga terkenal akan tradisi festival Paskah mereka, seperti kota Málaga, León, Cartagena, Castille, dll. Negara-negara lain yang memiliki tradisi Paskah yang kuat antara lain Italia, Malta, negara-negara Amerika Tengah dan Amerika Latin.
Telur Paskah
Karena telur tidak diperkenankan untuk dimakan selama masa Pra-Paskah, maka pada hari Paskah telur kembali disantap bersama-sama, dan pada mulanya diberi warna merah untuk melambangkan sukacita Paskah. Tradisi ini tidak hanya ditemukan di gereja-gereja Latin, tapi juga Oriental. Pemberian makna simbolis yang mengkaitkan telur dengan kelahiran baru diperkirakan baru diciptakan lama setelah tradisi ini ada. Tradisi ini diduga berasal dari/dipengaruhi oleh paganisme. Pada beberapa negara, orang tua-orang tua baptis memberikan telur Paskah kepada anak-anak baptis mereka. Telur yang bewarna biasanya digunakan sebagai mainan anak-anak. Di Amerika Serikat terdapat permainan yang cukup populer, yang dikenal dengan sebutan "egg-picking" (mengambil telur). Permainan yang lain misalnya "egg-rolling" (menggelindingkan telur) yang dilakukan anak-anak pada Senin Paskah di halaman Gedung Putih di Washington.[17]
Prosesi membangunkan orang
Di Puy, Perancis, ada tradisi Paskah yang tidak diketahui sejak kapan mulainya, yaitu pada saat menyanyikan mazmur Matins seorang penyanyi yang menjadi bagian dari koor tersebut absen, maka beberapa penyanyi dan seorang pendeta akan berjalan membawa salib prosesi dan air suci, lalu pergi ke rumah penyanyi yang absen tadi, sambil menyanyikan lagu "Haec Dies", lalu memerciknya dengan air suci jika ia masih berada di tempat tidur, lalu menuntunnya ke gereja. Sebagai hukuman atas absennya, ia harus membuatkan makan pagi untuk sang konduktor. Tradisi yang serupa juga ditemui di Nantes dan Angers pada abad ke-15; sinode melarangnya pada 1431 dan 1448.

Hidangan Paskah orang Slowakia
Pemberkatan makanan
Di Gereja-gereja Latin dan Oriental, ada tradisi untuk memberkati makanan yang selama masa Pra-Paskah tidak boleh disantap sebelum memakannya pada hari Paskah, terutama daging, telur, mentega, dan keju. Mereka yang makan makanan tersebut sebelum diberkati, menurut kepercayaan pada masa lampau, akan dihukum oleh Tuhan.
Pemberkatan rumah
Pada malam Paskah rumah-rumah diberkati. untuk memperingati tradisi membubuhkan darah domba Paskah di tiang pintu rumah. Pendeta paroki-paroki (di Eropa) mengunjungi rumah-rumah di keparokiannya; tempat tinggal Paus juga diberkati pada hari ini oleh Paus sendiri.

Seni dan Kebudayaan Suku Betawi

Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologis, semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di Babelan, Kabupaten Bekasi yang berasal dari abad ke 11 masehi. Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo . Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara atau kemudian dikenal dengan "Kalapa" (sekarang Jakarta) merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara, Percampuran budaya juga datang pada masa Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa dimana Prabu Surawisesa mengadakan perjanjian dengan Portugal dan dari hasil percampuran budaya antara Penduduk asli dan Portugal inilah lahir Keroncong Tugu.
Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

Bahasa

Sifat campur-aduk dalam bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil dari asimilasi kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.

Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar "Kalapa" (sekarang Jakarta) juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau penduduk asli Betawi yang pada awalnya berbahasa Kawi dan mendiami daerah sekitar pelabuhan Sunda Kalapa (jauh sebelum Sumpah Pemuda) sudah menggunakan bahasa Melayu, bahkan ada juga yang mengatakan suku lainnya semisal suku Sunda yang mendiami wilayah inipun juga ikut menggunakan Bahasa Melayu yang umum digunakan di Sumatera dan Kalimantan Barat, penggunaan bahasa ini dikarenakan semakin banyaknya pendatang dari wilayah Melayu lainnya semisal Kalimantan Barat dikarenakan dianggap abainya Syailendra ketika dimintai tolong oleh Sriwijaya untuk menjaga wilayah perairan laut sebelah barat Sungai Cimanuk sebagai hasil Perjanjian Damai Sriwijaya - Kediri yang dimediasi oleh China yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.

Karena perbedaan bahasa yang digunakan antara suku Betawi dengan suku Sunda diwilayah lainnya tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi. Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". 

Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran dan Kramat Sentiong. 

Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran adalah Mandra dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka mengucapkan kenape/kenapa'' (mengapa). Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan "é", sedangkan Betawi pinggir bernada "a" keras mati seperti "ain" mati dalam cara baca mengaji Al Quran.

 

Musik

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, orkes Samrah berasal dari Melayu, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir".


Tari

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek, tari silat dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.


Drama

Drama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.

 

Cerita rakyat

Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. cerita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.

 

Senjata tradisional

Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu.

 

Rumah tradisional

Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya

 

Kepercayaan

Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Pajajaran mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

 

Profesi

Di Jakarta, orang Betawi sekarang sebagai hasil asimilasi antar suku bangsa, sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.

Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.

Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu program Ganefo yang dicetuskan oleh Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini. Karena salah satu asal-muasal berkembangnya suku Betawi adalah dari asimilasi (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.

 

Perilaku dan sifat

Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan lain-lain.
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.
Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca: Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.

 

Tokoh Betawi

Suku Betawi

Penduduk asli Jakarta dengan ciri utamanya mempergunakan bahasa Betawi sebagai bahasa ibu, tinggal dan berkembang di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Terbentuk sekitar abad ke-17, merupakan hasil dari campuran beberapa suku bangsa seperti Bali, Sumatera, China, Arab dan Portugis. Dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda-beda, mereka mencoba mencari identitas bersama dalam bentuk lingua franca bahasa Melayu yang akhirnya terbentuk masyarakat homogen secara alamiah. Suku bangsa ini biasa juga disebut Orang Betawi atau Orang Jakarta (atau Jakarte menurut logat Jakarta). Nama "Betawi" berasal dari kata "Batavia". Nama yang diberikan oleh Belanda pada zaman penjajahan dahulu.
 
 
Jakarta, yang terletak di pinggir pantai atau pesisir, dalam proses perjalanan waktu menjadi kota dagang, pusat administrasi, pusat kegiatan politik, pusat pendidikan, dan disebut kota budaya. Proses perkembangan itu amat panjang, sejak lebih dari 400 tahun yang lalu. Sejak masa itulah Jakarta menjadi arena pembauran budaya para pendatang dari berbagai kelompok etnik. Mereka datang dengan berbagai sebab dan kepentingan, dan tentunya dengan latar belakang budaya masing-masing, sehingga menjadi suatu kebudayaan baru bagi penghuni Kota Jakarta, dan pendukung kebudayaan baru itu menyebut dirinya "Orang Betawi."

Anggota suku bangsa atau bangsa asing (dari luar Jakarta) tadi mulai berdiam di Jakarta pada waktu yang berbeda-beda. Pendatang paling dahulu adalah orang Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Sunda, diikuti oleh anggota-anggota suku bangsa lainnya. Orang asing yang datang sejak awal adalah orang Portugis, Cina, Belanda, Arab, India, Inggris, dan Jerman. Unsur-unsur budaya kelompok etnik atau bangsa itu berasimilasi dan melahirkan budaya baru yang tampak dalam bahasa, kesenian, kepercayaan, cara berpakaian, makan, dan lain-lain.

Sejarah Suku Betawi

Sebutan suku, orang, kaum Betawi, muncul dan mulai populer ketika Mohammad Husni Tamrin mendirikan perkumpulan "Kaum Betawi" pada tahun 1918. Meski ketika itu "penduduk asli belum dinamakan Betawi, tapi Kota Batavia disebut "negeri" Betawi. Sebagai kategori "suku" dimunculkan dalam sensus penduduk tahun 1930. Asal mula Betawi terdapat berbagai pendapat, yang mengatakan berasal dari kesalahan penyebutan kata Batavia menjadi Betawi. Ada pula cerita lain, yaitu pada waktu tentara Mataram menyerang Kota Batavia yang diduduki oleh Belanda, tentara Belanda kekurangan peluru. Belanda tidak kehilangan akal, mereka mengisi meriam-meriamnya dengan kotoran mereka dan menembakkan meriam-meriam itu ke arah tentara Mataram sehingga tersebar bau tidak enak, yakni bau kotoran orang-orang Belanda. Sambil berlarian ten tara Mataram berteriak-teriak: Mambu tai! Mambu tai! Artinya bau tahi! bau tahi! Dari kata mambu tai itulah asal mula nama Betawi.


Menurut Bunyamin Ramto, masyarakat Betawi secara geografis dibagi dua bagian, yaitu Tengah dan Pinggiran. Masyarakat Betawi Tengah meliputi wilayah yang dahulu menjadi Gemente Batavia minus Tanjung Priok dan sekitarnya atau meliputi radius kurang lebih 7 km dari Monas, dipengaruhi kuat oleh budaya Melayu dan Agama Islam seperti terlihat dalam kesenian Samrah, Zapin dan berbagai macam Rebana. Dari segi bahasa, terdapat banyak perubahan vokal a dalam suku kata akhir bahasa Indonesia menjadi e, misal guna menjadi gune.
Masyarakat Betawi Pinggiran, sering disebut orang sebagai Betawi Ora yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian utara dan selatan. Kaum Betawi Ora dalam beberapa desa di sekitar Jakarta berasal dari orang Jawa yang bercampur dengan suku-suku lain. Sebagian besar mereka itu petani yang menanam padi, pohon buah dan sayur mayur. Bagian utara meliputi Jakarta Utara, Barat, Tangerang yang dipengaruhi kebudayaan Cina, misalnya musik Gambang Kromong, tari Cokek dan teater Lenong. Bagian Selatan meliputi Jakarta Timur, Selatan, Bogor, dan Bekasi yang sangat dipengaruhi kuat oleh kebudayaan Jawa dan Sunda. Sub dialeknya merubah ucapan kata-kata yang memiliki akhir kata yang berhuruf a dengan ah, misal gua menjadi guah.

Penduduk Betawi

Komunitas penduduk di Jawa (Pulau Nusa Jawa) yang berbahasa Melayu, dikemudian hari disebut sebagai orang Betawi. Orang Betawi ini disebut juga sebagai orang Melayu Jawa. Merupakan hasil percampuran antara orang-orang Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Makasar, Ambon, Manado, Timor, Sunda, dan mardijkers (keturunan Indo-Portugis) yang mulai menduduki kota pelabuhan Batavia sejak awal abad ke-15. Di samping itu, juga merupakan percampuran darah antara berbagai etnis: budak-budak Bali, serdadu Belanda dan serdadu Eropa lainnya, pedagang Cina atau pedagang Arab, serdadu Bugis atau serdadu Ambon, Kapten Melayu, prajurit Mataram, orang Sunda dan orang Mestizo.

Sementara itu mengenai manusia Betawi purbakala, adalah sebagaimana manusia pulau Jawa purba pada umumnya, pada zaman perunggu manusia Betawi purba sudah mengenal bercocok tanam. Mereka hidup berpindah-pindah dan selalu mencari tempat hunian yang ada sumber airnya serta banyak terdapat pohon buah-buahan. Mereka pun menamakan tempat tinggalnya sesuai dengan sifat tanah yang didiaminya, misalnya nama tempat Bojong, artinya "tanah pojok".

Dalam buku Jaarboek van Batavia (Vries, 1927) disebutkan bahwa semula penduduk pribumi terdiri dari suku Sunda tetapi lama kelamaan bercampur dengan suku-suku lain dari Nusantara juga dari Eropa, Cina, Arab, dan Jepang. Keturunan mereka disebut inlanders, yang bekerja pada orang Eropa dan Cina sebagai pembantu rumah tangga, kusir, supir, pembantu kantor, atau opas. Banyak yang merasa bangga kalau bekerja di pemerintahan meski gajinya kecil. Lain-lainnya bekerja sebagai binatu, penjahit, pembuat sepatu dan sandal, tukang kayu, kusir kereta sewaan, penjual buah dan kue, atau berkeliling kota dengan "warung dorongnya". Sementara sebutan wong Melayu atau orang Melayu lebih merujuk kepada bahasa pergaulan (lingua franca) yang dipergunakan seseorang, di samping nama "Melayu" sendiri memang sudah menjadi sebutan bagi suku bangsa yang berdiam di Sumatra Timur, Riau, Jambi dan Kalimantan Barat.

Posisi wanita Betawi di bidang pendidikan, perkawinan, dan keterlibatan dalam angkatan kerja relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan wanita lainnya di Jakarta dan propinsi lainnya di Indonesia. Keterbatasan kesempatan wanita Betawi dalam pendidikan disebabkan oleh kuatnya pandangan hidup tinggi mengingat tugas wanita hanya mengurus rumah tangga atau ke dapur, disamping keterbatasan kondisi ekonomi mereka. Situasi ini diperberat lagi dengan adanya prinsip kawin umur muda masih dianggap penting, bahkan lebih penting dari pendidikan. Tujuan Undang-Undang Perkawinan untuk meningkatkan posisi wanita tidak banyak memberikan hasii. Anak yang dilahirkan di Jakarta, tidak mempunyai hubungan dengan tempat asal di luar wilayah bahasa Melayu, dan tidak mempunyai hubungan kekerabatan atau adat istiadat dengan kelompok etnis lain di Jakarta.

Mata pencaharian orang Betawi dapat dibedakan antara yang berdiam di tengah kota dan yang tinggal di pinggiran. Di daerah pinggiran sebagian besar adalah petani buahbuahan, petani sawah dan pemelihara ikan. Namun makin lama areal pertanian mereka makin menyempit, karena makin banyak yang dijual untuk pembangunan perumahan, industri, dan lain-lain. Akhirnya para petani ini pun mulai beralih pekerjaan menjadi buruh, pedagang, dan lain-lain.

Dalam sistem kekerabatan, pada prinsipnya mereka mengikuti garis keturunan bilineal, artinya garis keturunan pihak ayah atau pihak ibu. Adat menetap sesudah nikah sangat tergantung pada perjanjian kedua pihak orang tua sebelum pernikahan dilangsungkan. Ada pengantin baru yang menetap di lingkungan kerabat suami (patrilokal) dan ada pula yang menetap di lingkungan kerabat istri (matrilokal). Secara umum orang tua cenderung menyandarkan hari tuanya pada anak perempuan. Mereka menganggap anak perempuan akan lebih telaten mengurus orang tua dari pada menantu perempuan.

Tatanan sosial orang Betawi lebih didasarkan pada senioritas umur, artinya orang muda menghormati orang yang lebih tua. Hal ini dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang bertemu dengan orang lain, yang muda mencium tangan orang yang lebih tua. Pada hari-hari Lebaran, orang yang didahulukan adalah orang tua atau yang dituakan. Memang orang Betawi juga cukup menghormati haji, orang kaya, orang berpangkat, asalkan mereka memang "baik" dan bijaksana, atau memperhatikan kepentingan masyarakat.

Latar belakang jumlah penduduk atau pendukung budaya Betawi, pada masa lalu maupun sekarang tidak diketahui secara pasti. Catatan yang berasal dari tahun 1673 menunjukkan bahwa jumlah penduduk (dalam tembok kota) Jakarta adalah 27.068 jiwa. Jumlah ini terdiri atas orang "merdeka" dan "budak", yang banyaknya hampir seimbang. Penduduk di luar tembok kota berjumlah 7.286 jiwa. Mereka yang berada dalam tembok kota terdiri atas orang Mardijkers, Cina, Belanda, Moor, Jawa, Bali, Peranakan Belanda, dan Melayu. Golongan yang jumlahnya terbesar adalah Mardijkers (5.362 jiwa) dan yang terkecil Melayu (611 jiwa). Menurut proyeksi lebih baru tentang jumlah orang Betawi di Jakarta dan sekitarnya, jumlah orang Betawi pada tahun 1930 (menurut sensus) adalah 418.894 jiwa, dan pada tahun 1961 adalah 655.400 jiwa.

Kebudayaan Betawi

Merupakan sebuah kebudayaan yang dihasilkan melalui percampuran antar etnis dan suku bangsa, seperti Portugis, Arab, Cina, Belanda, dan bangsa-bangsa lainnya. Dari benturan kepentingan yang dilatarbelakangi oleh berbagai budaya. Kebudayaan Betawi mulai terbentuk pada abad ke-17 dan abad ke-18 sebagai hasil proses asimilasi penduduk Jakarta yang majemuk. Menurut Umar Kayam, kebudayaan Betawi ini sosoknya mulai jelas pada abad ke-19. Yang dapat disaksikan, berkenaan dengan budaya Betawi diantaranya bahasa logat Melayu Betawi, teater (topeng Betawi, wayang kulit Betawi), musik (gambang kromong, tanjidor, rebana), baju, upacara perkawinan dan arsitektur perumahan.

Berdasarkan pemakaian logat bahasa, budaya Betawi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 1) Betawi Pesisir, termasuk Betawi Pulo; 2) Betawi Tengah/Kota; 3) Betawi Pinggir; 4) Betawi Udik, daerah perbatasan dengan wilayah budaya Sunda. Jika pemetaan budaya disusun berdasarkan intensitas transformasi budaya Barat, maka terbagi menjadi tiga, yaitu: 1) Betawi Indo; 2) Betawi Tengah/Kota; 3) Betawi Pesisir, Pinggir, Udik.

Dalam kebudayaan Betawi terlihat jelas pengaruh kebudayaan Portugis, terutama dalam bahasa. Rupanya bahasa Portugis pernah mempunyai pengaruh yang berarti di kalangan masyarakat penghuni Jakarta. Pengaruh Portugis terasa pula dalam seni musik, tari-tarian, dan kesukaan akan pakaian hitam. Budaya Portugis ini masuk melalui orang Moor (dari kata Portugis Mouro, artinya "muslim"). Pengaruh Arab itu tampak dalam bahasa, kesenian dan tentunya dalam budaya Islam umumnya. Budaya Cina terserap terutama dalam bentuk bahasa, makanan dan kesenian. Dalam kesenian, pengaruh budaya Cina tercermin, misalnya pada irama lagu, alat dan nama alat musik, seperti kesenian Gambang Rancak. Pengaruh Belanda terasa antara lain dalam mata pencaharian, pendidikan, dan lain-lain. Hingga saat ini, unsur budaya asing lain dapat dirasakan di sana sini dalam budaya Betawi.

Kehadiran berbagai anggota suku bangsa ditandai adanya nama-nama kampung atau tempat di Jakarta yang menunjukkan asal mereka, misalnya ada Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Bugis, Kampung Makasar, Kampung Jawa, Kampung Ambon. Di antara kelompok-kelompok etnik tersebut di atas, kelompok etnik Melayu menempati kedudukan yang cukup penting, meskipun jumlah mereka relatif sedikit dibandingkan oleh orang Bali, Bugis, Cina dan lain-lain. Pengaruh Melayu menjadi penting karena peranan bahasanya.

Kebiasaan Hidup Masyarakat Betawi

Gambaran beberapa kebiasaan hidup berkaitan dengan berkeluarga dan rumah masyarakat Betawi, khususnya di daerah Jakarta Timur/Tenggara dan lainnya. Khusus menyoroti berbagai etika yang harus dilaksanakan dalam hubungan antara pria bujang dengan gadis penghuni rumah. Awalnya laki-laki akan ngglancong bersama-sama kawannya, berkunjung ke rumah calon istrinya untuk bercakap-cakap dan bergurau sampai pagi. Hubungan tersebut tidak dilakukan secara langsung tetapi melalui jendela bujang atau jendela Cina. Si laki-laki duduk atau tiduran di peluaran (ruang depan) sedangkan si perempuan ada di dalam rumah mengintip dari balik jendela bujang. Perempuan juga tidak boleh duduk di trampa (ambang pintu). Ada kepereayaan "perawan dilamar urung, laki-laki dipandang orang", yang artinya perempuan susah ketemu jodoh dan kalau laki-laki bisa disangka berbuat jahat. Maksudnya, perempuan yang duduk di atas trampa dianggap memamerkan diri dan dipandang tidak pantas. Sementara apabila laki-laki yang melanggar trampa dapat dianggap sebagai orang yang yang bermaksud jahat.

Muncul juga istilah ngebruk, yaitu apabila laki-laki berani melangkahi trampa rumah (terutama rumah yang ada anak gadisnya) maka perjaka itu diharuskan mengawini gadis yang tinggal di rumah tersebut. Karena kalau tidak dikawinkan akan mendapat nama yang tidak baik dalam masyarakat. Pengertian ngebruk juga disebut "nyerah diri", dalam arti si laki-laki datang ke rumah perempuan yang ingin dinikahinya dengan menyerahkan uang atau pakaian. Hal ini dilakukan jika belum ada persetujuan terhadap hubungan itu atau karena kondisi keuangan yang belum memenuhi syarat.

Kamis, 02 April 2015

Manfaat Tersenyum

Saat orang sedang stres, tidak bersemangat, dan menghadapi masalah, maka mereka sulit sekali untuk tersenyum. Padahal dalam hubungan rumah tangga misalnya, senyum itu sangat penting karena manfaatnya bisa membuat Anda saling menyemangati pasangan anda. Coba bayangkan jika di pagi hari saat Anda hendak berangkat kerja, Anda disambut dengan wajah cemberut dari pasangan Anda? Pastinya sangat tidak enak sekali bukan?

Warga Jakarta Bisa Pesta Pernikahan di Taman dan Kelurahan!


Tidak sedikit warga Ibu Kota mengadakan pesta pernikahan di kediamannya memakai badan jalan. Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) memberi masukan kepada warga untuk menggelar hajatan di taman kota.

"Sebenarnya taman-taman terpadu itu bisa dipakai untuk pernikahan," terang Ahok di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Jl Laksda Yos Sudarso 27-29, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakut, Rabu (1/4/2015).

"Di tengah tamannya bisa dipasangi tenda atau apa," lanjutnya.

Ahok menyebut, pihaknya tengah menggalakkan pembangunan taman-taman terpadu. Selain untuk tempat bermain anak-anak, juga merupakan salah satu program peningkatan ruang terbuka hijau

Rabu, 01 April 2015

Benda Terbang Aneh

Benda Terbang Aneh (disingkat BETA; identik dengan makna dari istilah bahasa Inggris: Unidentified Flying Object disingkat UFO) atau sering kali disebut sebagai benda terbang tak dikenal adalah istilah yang digunakan untuk seluruh fenomena penampakan benda terbang yang tidak bisa diidentikasikan oleh pengamat dan tetap tidak teridentifikasi walaupun telah diselidiki.


Istilah BETA diperkenalkan oleh Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) era 1960-an RJ Salatun untuk fenomena ini. Istilah lain yang digunakan adalah "piring terbang" (bahasa Inggris: flying saucer) dan pertama kali digunakan wartawan untuk menggambarkan benda terbang misterius yang dilihat oleh Kenneth Arnold, yaitu sembilan obyek terbang aneh dalam suatu formasi di atas gunung Rainier, pegunungan Cascade, Washington. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 24 Juni 1947. Sejak saat itu, istilah “Piring Terbang” memengaruhi imajinasi banyak orang.

Istilah lain yang juga sempat diperkenalkan adalah BETEBEDI (Benda Terbang Belum Dikenal) yang dikemukakan oleh seorang akuntan publik dari Bandung yang bernama C.M. Tanadi yang pada tahun 80-an banyak menerbitkan buku terjemahan tentang fenomena ini dan majalah yang bernama Betebedi.


Istilah UFO

Penggunaan istilah "UFO" sebagai penampakan fenomena misterius pertama kali disarankan pada tahun 1952 oleh Kapten Edward J. Ruppelt, pemimpin pertama Proyek Buku Biru. Penggunaan istilah "Piring Terbang" tidak mencerminkan penampakan yang berbeda-beda. Ruppelt mengatakan bahwa istilah "UFO" mesti dilafalkan seperti kata "you-foe" (kau musuh).
Bagaimana pun juga, istilah tersebut biasanya dilafalkan dengan menyebut hurufnya satu persatu: "U. F. O.". Istilah asing ini dengan cepat diadaptasi oleh Angkatan Udara, yang juga langsung menggunakan istilah "UFOB" sekitar tahun 1954.
Ruppelt menceritakan pengalamannya dengan Proyek Buku Biru dalam catatannya, "The Report on Unidentified Flying Objects" (laporan mengenai objek terbang tak dikenal) (1956), juga merupakan buku pertama yang menggunakan istilah UFO

Catatan dari zaman kuno

  • Sastra Hindu Kuno, Ramayana, menguraikan penggunaan mesin terbang rumit, yang kemudian menjadi objek terhadap spekulasi tentang BETA.
  • Penulis Romawi, Iulius Obsequens, menulis bahwa pada tahun 99 SM, "di Tarquinia menjelang matahari terbenam, objek bulat, seperti globe, perisai bundar atau bulat, terbang di langit dari barat menuju timur".
  • Pada zaman Nabi Muhammad SAW, Usayd bin Hudhayr melihat gumpalan awan yang menyerupai payung yang mengagumkan, dan belum pernah terlihat olehnya sebelumnya. Awan tersebut terlihat sangat indah dihiasi dengan benda berkedip-kedip seperti lampu bergantungan, tergantung seperti lampu-lampu memenuhi ufuk dengan sinarnya yang terang. Akhirnya awan tersebut terbang lebih tinggi kemudian menghilang. Keesokan harinya Usaid pun menemui Muhammad dan menceritakan apa yang telah ia lihat semalam, kemudian Muhammad pun berkata bahwa, itu adalah malaikat yang ingin mendengarkan Usayd membaca Al-Qur'an
  • Pada tanggal 24 September tahun 1235, Jendral Yoritsune dan pasukannya mengamati bola aneh bercahaya yang terbang dengan pola tak beraturan di langit malam dekat Kyoto, Jepang. Penasihat jendral menyuruhnya agar tidak usah khawatir – itu hanyalah angin yang menyebabkan bintang kelihatan bergoyang.
  • Pada tanggal 14 April 1561, langit di atas Nuremberg, Jerman, dilaporkan bahwa dipenuhi oleh banyak objek yang tampaknya sedang melakukan pertempuran di udara. Menurut cerita, bola-bola kecil dan cakram-cakram muncul dari tabung besar.
Penampakan-penampakan tersebut biasanya dihubungkan sebagai gejala supernatural, malaikat, dan simbol-simbol keagamaan lainnya. Beberapa penyelidik mempercayai penampakan tersebut sebagai penampakan benda aneh pada zaman kuno yang berhubungan dengan laporan piring terbang pada zaman modern.

Penampakan pada zaman modern

Sebelum istilah "Piring Terbang" dan "BETA" dipilih, terdapat banyak laporan tentang penampakan fenomena aneh di udara. Laporan-laporan di bawah ini terjadi pada pertengahan abad XIX sampai awal abad XX.
  • Pada bulan Juli 1868, penyelidik BETA mendokumentasikan penampakan piring terbang yang yang terjadi di kota Copiapo, Chili.
  • Pada tanggal 25 Januari 1878, Denison Daily News menulis bahwa petani lokal yang bernama John Martin melaporkan penampakan objek terbang yang besar, gelap, dan bulat menyerupai balon terbang "dengan kecepatan yang menakjubkan". Ia membandingkan ukuran objek tersebut saat berada di atas kepalanya sebagai "piring yang besar".
  • Insiden Fátima atau "Keajaiban dari Matahari", disaksikan oleh puluhan orang di antara ribuan orang di Fátima, Portugal pada tanggal 13 Oktober 1917, dipercaya oleh beberapa peneliti bahwa kejadian itu benar-benar merupakan peristiwa penampakan piring terbang.
  • Dalam pihak Eropa maupun pihak Jepang selama Perang Dunia II, penampakan "Pejuang musuh" (bola bercahaya dan terdapat bentuk lainnya yang mengikuti pesawat) dilaporkan oleh kedua pihak dan pilot negara yang berseteru.
  • Pada tangal 25 Februari 1942, tentara Amerika Serikat mendeteksi adanya pesawat terbang tak dikenal yang diamati lewat pandangan mata dan pada radar di atas Los Angeles, wilayah Kalifornia. Asal-usul pesawat tersebut tidak pernah diketahui. Insiden tersebut kemudian dikenal sebagai "Pertempuran Los Angeles", atau "Peyerangan udara di pesisir barat".

Kesaksian Kenneth Arnold

Pada masa akhir Perang Dunia II, kemahsyuran BETA dimulai dengan laporan penampakan benda terbang aneh oleh seorang pengusaha Amerika, Kenneth Arnold, pada tanggal 24 Juni 1947 ketika mengendarai pesawat pribadinya di dekat Gunung Rainier, Washington. Ia melaporkan penampakan sembilan objek terbang bersinar melintasi Gunung Rainier menuju Gunung Adams dengan "kecepatan yang luar biasa".
Dia bercerita kepada seorang wartawan surat kabar bahwa benda itu bergerak dengan kecepatan 1600 km/jam.[3] Arnold kemudian mengatakan bahwa mereka "terbang seperti piringan jika dilemparkan melintasi air" dan ia juga mengatakan bahwa mereka "gepeng seperti kue pai", "berbentuk seperti piring", dan "berbentuk seperti bulan sabit, lonjong di depan dan cembung di belakang, ... mereka kelihatan seperti cakram pipih yang besar" (namun kemudian penampakannya digambarkan berbentuk seperti sabit).

Laporan Arnold tersebut membuat masyarakat dan media masa tertarik sehingga muncullah istilah "Piring Terbang" dan "Cakram Terbang". Setelah laporan Arnold menjadi terkenal, beberapa minggu kemudian ratusan laporan penampakan yang berbeda bermunculan, banyak yang berasal dari Amerika Serikat, namun dari negara lain juga cukup banyak.

Mungkin yang paling terkenal di antara laporan tersebut adalah laporan dari awak pesawat United Airlines, yang melihat penampakan sembilan objek seperti cakram di atas Idaho pada petang hari tanggal 4 Juli. Pada masa itu, penampakan tersebut lebih banyak diperbincangkan daripada laporan Arnold dan membuat seolah-olah mempercayai apa yang pernah dilaporkan oleh Arnold. Beberapa hari kemudian banyak surat kabar di Amerika yang dipenuhi oleh berita terbaru tentang "piring terbang" atau "cakram terbang" pada halaman depannya.

Insiden di Roswell

Pada tanggal 4 Juli 1947, fenomena piring terbang yang terkemuka terjadi di kota Roswell, New Mexico, dan terkenal sebagai "Insiden Roswell". Sebuah serpihan yang dianggap sebagai serpihan kapal ruang angkasa ditemukan di sebuah daerah peternakan setelah badai menerjang.
Serpihan-serpihan tersebut dikumpulkan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat tanpa meninggalkan bekas. Grady Barnett dan tim arkeologinya menemukan BETA berbentuk cakram yang jatuh beserta empat alien berupa manusia berkepala besar dan berwarna abu-abu. Komandan di pangkalan Angkatan Udara Roswell mengatakan pada wartawan bahwa ada cakram terbang yang ditemukan di tempat itu.

Dua konferensi pers diadakan pada tanggal 8 Juli dan menyatakan bahwa serpihan yang menjadi penyebab masalah bukan berasal dari BETA, melainkan dari balon cuaca. Namun menurut Roswell Daily Record, serpihan di Roswell berasal dari BETA yang jatuh, asal dari empat alien yang tertangkap.

Dari kejadian ini digunakanlah istilah "UFO" pertama kalinya menggantikan penggunaan istilah "Piring Terbang" pada tahun 1952 oleh Kapten Edward J. Ruppelt. Ruppelt menceritakan pengalamannya dengan Proyek Buku Biru dalam catatannya, "The Report on Unidentified Flying Objects" (laporan mengenai objek terbang tak dikenal) (1956), juga merupakan buku pertama yang menggunakan istilah UFO.

Penampilan dalam budaya populer

BETA dan makhluk hidup yang menyertainya, yang biasa disebut makhluk asing (“alien”) , atau mahluk planet lain ("Extra Terrestrial" atau E.T.), banyak diadaptasi ke dalam film maupun layar televisi. E.T. adalah singkatan dari "Extra Terrestrial", yang artinya berasal dari luar bumi. Karena ada teori yang mengatakan bahwa makhluk yang datang dengan BETA bisa saja berasal dari bumi (dari dalam bumi atau dasar laut), maka penggunaan istilah mahluk aneh (alien) lebih sering digunakan daripada mahluk asing (E.T.).


Kemunculan dalam budaya populer



Televisi:



Kapal Motor Cepat (KMC) Komando TNI

Pada 12 Desember 2014 ada Kapal Motor Cepat (KMC) Komando milik Direktorat Pembekalan dan Angkutan (Ditbekang) TNI AD tersangkut palang rambu di Tol Wiyoto Wiyono. Kapal tersebut tersangkut saat hendak dibawa ke Monas, Jakarta Pusat, untuk acara pameran alutsista peringatan Hari Juang Kartika TNI AD yang dimulai hari itu.



Kapal tersebut dibangun pada tahun 2013 di galangan PT Tesco Indomaritim dengan bahan alumunium. LOA (Leangth Over All) atau panjang keseluruhan kapal adalah 17,60 meter dengan lebar 4,20 meter dan tinggi 2,15 meter.

KMC Komando merupakan water jet dengan mesin CAT C12 dengan jarak jelajah 250 NM (Nautical mile) per jam dan Rpm (revolutions per minute) 4.500-6.000. Kapal yang belum lama dilaunching oleh mantan KSAD Jenderal Budiman ini memiliki kekuatan 2X750 Hp (Horse Power).

Kapal ini memiliki speed atau kecepatan 25 knots dan dilengkapi oleh tanki air tawar dengan volume 500 liter. KMC Komando mampu menampung 31 orang penumpang dan 3 orang awak kapal. Selain itu kapal ini juga dilengkapi oleh kompas, GPS, Radio SSB, Radio HT, Ring Bouy, dan 2 Life Raft. Kapal buatan dalam negeri ini digunakan untuk operasi rawa dan pantai.



“Itu kapal mesin yang akan kita canggihkan sedikit karena memang tuntutan yang kita hadapi di Dit Bekang AD mengangkut kadang-kadang perlengkapan-perlengkapan perorangan dari Jakarta ke Papua, kadang ke Sulawesi, kan dari pada bayar mahal kan mendingan kita punya kapal sendiri untuk mengangkut perlengkapan,” ujar Wakil KSAD Letjen M Munir saat dikonfirmasi di lokasi pameran.
TNI sudah memiliki 13 kapal KMC Komando ini. Menurut Munir, kapal ini banyak diBKO-kan di Kodam-kodam yang wilayahnya berdekatan dengan perairan.



“Tiap Kodam biasanya kita kasih apalagi Kodam-kodam yang wilayahnya banyak perairan, kayak di Maluku. Untuk kepentingan Pangdam, Danrem, Dandim untuk meninjau daerahnya,” kata Munir.
Berdasarkan informasi yang didapat dari Dinas Penerangan Ditbekangad, 9 dari 13 KCM Komando ini berada di bawah operasional Ditbekang AD. Sementara 4 di antaranya diBKO-kan di Kodam Cenderawasih, Kodam Patimura, Kodam Udayana, dan Kodam Iskandar Muda.



KMC Komando itu berada di bawah BKO Batalyon Bekang 4 Air. Kapal tersebut dibawa dari Marunda menuju Monas untuk ikut dipamerkan dalam peringatan Hari Juang Kartika TNI AD. Akibat kejadian tersebut, KMC Komando batal mengikuti pameran dan dikembalikan ke galangan PT Tesco di Babelan, Bekasi Utara.



Motivasi : Kemauan dan Keyakinan

Bersyukurlah kalian atas apa yang telah diberikan Allah SWT kepada kalian. Karena tidak setiap orang dapat merasakan nikmat memiliki kelengkapan tubuh seperti kalian . Namun ingatlah, besok, lusa atau satu detik dari sekarang Allah SWT dapat mencabut salah satu nikmat itu . Oleh karena itu , gunakanlah nikmat tersebut untuk hal–hal yang bermanfaat, tentunya untuk kebaikan terhadap sesama . Tapi, janganlah kalian berputus asa atas apa yang telah di berikan Allah SWT kepada kalian, karena yang pasti Allah maha tahu apa yang terbaik untuk kita.


Pada cerita kali ini saya terinspirasi dari saudara kita yang kurang beruntung, namun saya sangat kagum kepada mereka. Karena belum tentu kita yang sempurna ini dapat melakukan hal seperti apa yang mereka lakukan. Cobalah renungi sejenak, apabila satu hari saja kedua mata kita ini ditutup, begitu banyak hal yang mudah dilakukan akan terasa sangat sulit. Contohnya, Bagaimana kita bisa membaca jika kita tidak melihat tulisan ? Bagaimana kita bisa berjalan ke suatu tempat jika kita tidak bisa melihat jalan ? Dan masih banyak bagaimana – bagaimana lainnya jika saya jabarkan satu persatu yang biasa mudah kita lakukan akan terasa sulit. Dan cobalah renungkan sekali lagi, Jika kita tidak dapat melihat seumur hidup kita, apa yang akan kita lakukan ? 
Kebanyakan orang yang mengalami ini akan putus asa dan mengambil jalan pintas saja seperti bunuh diri. Naudzubillahiminzalik.

Namun saya sungguh kagum kepada saudara – saudara kita yang sejak lahir tidak dapat melihat indahnya dunia ini. Berbeda dengan kita, Kita yang di anugerahi kesempurnaan oleh Allah SWT, bisa melihat dan merasakan indahnya dunia ini . Kita bisa melihat Matahari, Bulan, Pantai, Danau, Gunung, Pohon–pohon yang menjulang tinggi, wajah yang tampan, wajah yang cantik, dan banyak sekali ciptaan–ciptaan Allah SWT yang takkan pernah habis jika kita berfikir. Tapi sangat disayangkan, nikmat yang Allah berikan kepada kita terkadang lebih banyak dilakukan untuk hal – hal yang tidak bermanfaat dan menjurus kemaksiatan. Namun disinilah Allah SWT memberikan nilai positif kepada saudara kita itu. Allah SWT tidak ingin jika orang–orang tersebut melihat hal–hal yang tidak bermanfaat dan akan di siksa di hari akhir nanti. Namun bukan hal itu yang akan saya sampaikan pada cerita saya kali ini.

Saudara kita itu sudah terbiasa berjalan kesuatu tempat tanpa harus tersesat dan dapat pulang kembali kerumahnya walaupun ia tidak melihat . Padahal banyak sekali hal–hal yang akan menghalanginya untuk dapat sampai ketempat tujuan. Seperti, jatuh ke suatu lubang, tersandung batu , membentur tembok , menabrak pagar , bahkan hal yang dapat mecelakan dirinya. Namun semua itu tidak menjadi halangan baginya . Mengapa demikian ? Kita bisa mengambil nilai positif dari cerita di atas.

Dalam hidup ini , kita selalu ditakutkan oleh sesuatu yang belum terjadi . Kita bisa mengibaratkan mimpi kita adalah tempat yang di tuju saudara kita . Dan rintangan yang akan menghalangi saudara kita untuk sampai ketempat tujuaannya adalah tantangan untuk mewujudkan mimpi kita . Kemauan untuk mewujudkan mimpi kita belum cukup jika tidak adanya keyakinan dalam mengarunginya . Adanya kemauan dari dalam diri adalah modal utama untuk mewujudkan mimpi kita . Kemauan dari dalam diri akan terwujud jika kita benar–benar menjalani dan merencanakannya dengan matang . Sehingga kita bisa dengan mudah mewujudkan mimpi kita. Sedangkan keyakinan adalah motivasi dari dalam diri kita bahwa kita akan menggapai mimpi kita.

Walaupun banyak sekali rintangan untuk mendapatkannya . Layaknya saudara kita tadi saat berjalan menuju suatu tempat , ia bisa saja tersesat , jatuh , bahkan mencelakakan dirinya . Namun walaupun begitu ia tetap yakin dan tegar , bahwa ia pasti dapat mencapai tempat tersebut . Begitu pula hidup ini , walaupun gagal ada di depan mata kita . Dengan keyakinan kita bisa meraih mimpi kita . Yakinlah Allah selalu bersama kita , Sehingga tidak ada rasa tiakut dalam diri kita . Yakinlah bahwa Allah akan menolong kita , dan akan mengulurkan tangan-Nya jika kita terjatuh.

Walaupun kita gagal menggapainya, ingatlah bahwa kita hanya terjatuh . Kita bisa bangkit kembali dan terus berjalan menuju mimpi kita !!

Baca juga :  Motivasi‬ : Berkacalah pada cermin yg benar ..

Gorengan berbumbu PLASTIK

Anda penyuka gorengan ?

Tampaknya kini harus lebih berhati-hati lagi dalam mengkonsumsi gorengan. Telah beberapa fakta tentang gorengan yang berdampak negatif pada kesehatan. Seperti lama diketahui makanan yang digoreng dalam minyak dapat meningkatkan kolesterol, memacu timbulnya beberapa macam penyakit dan penggunaan minyak goreng berulang kali akan memicu timbulnya kanker.


Perhatikan, kalau pedagang gorengan makan gorengan yang dijualnya, mungkin dia tak gunakan plastik sebagai campuran, jika Anda tak pernah melihat pedagang itu nikmati dagangannya, berfikirlah untuk membeli karena pernah ada berita begini :

... ada lagi informasi yang mengerikan seputar gorengan yang baru saya temukan di sebuah milis. Dalam sebuah tulisan dipaparkan penggunaan meltingplastic untuk membuat gorengan lebih crispy..
Metode ini memang belum marak di Indonesia, namun tetap harus diwaspadai.
 
Gorengan biasanya akan melempem dan tidak crispy lagi jika diletakkan dalam udara terbuka selama beberapa waktu. Namun dengan cara memasukkan botol plastik ke dalam minyak panas yang digunakan untuk menggoreng, maka gorengan akan tetap crispy meski diletakkan di udara terbuka selama beberapa jam.

Kita harus berhati-hati jika membeli bawang goreng, pisang goreng, ayam goreng, pecel lele maupun jenis gorengan lain yang meski telah berjam-jam lalu digoreng namun tetap crispy dan tidak melempem meski diletakkan dalam udara terbuka.

Plastik dibuat dari bahan kimia jenis polimer. Jenis plastik yang banyak digunakan dalam kehidupan kita adalah polietilena (bahan pembungkus, kantong plastik, mainan anak, botol), teflon (pengganti logam, pelapis alat-alat masak), polivinilklorida (untuk pipa, alat rumah tangga, cat, piringan hitam), polistirena (bahan insulator listrik, pembungkus makanan, styrofoam, mainan anak).

Plastik untuk membungkus makanan yang masih panas saja berpotensi menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Akan tetapi yang lebih berbahaya adalah memanaskan plastik dalam suhu tinggi. Membakar bahan yang terbuat dari plastik dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi manusia. Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA (bahan pelembut plastik) yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.

Kondisi cuaca di Indonesia yang memiliki kelembaban tinggi memang berpotensi membuat makanan yang digoreng dan dibiarkan di udara terbuka jadi cepat melempem. Ada beberapa jenis makanan seperti kerupuk dan keripik yang bisa diletakkan dalam stoples tertutup untuk mempertahankan kerenyahannya. Namun perlakuan demikian tidak bisa diterapkan pada jenis gorengan yang lain. Alhasil ketika gorengan telah mulai mendingin kerenyahannya akan segera menghilang. Makan gorengan crispy memang lebih lezat, namun tidak sebanding dengan resiko yang harus kita tanggung.

Nata de coco dicemari pupuk ZA

Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jeli, berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi air kelapa, dan mulanya dibuat di Filipina.
"Nata de coco" dalam bahasa Spanyol berarti "krim kelapa". Krim yang dimaksudkan adalah santan kelapa. Penamaan nata de coco dalam bahasa Spanyol karena Filipina pernah menjadi koloni Spanyol.


Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.

Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen.

Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan.

Pengalaman korban Nata de coco.

Saya baru tahu kalau dari pupuk ZA (Zwavelzuur Amonia -Belanda)(Ammonium Sulphate) dapat untuk memproses nata de coco (padahal saya kerja dipabrik pupuk ini sudah puluhan tahun).

Ini ceritanya; kemarin, saya kebagian jaga stand di Agro & Food Expo di JCC. Persis di depan stand perusahaan saya adalah stand perusahaan minuman yang dikemas dalam gelas plastik: ada rasa orange, kopi, teh dan nata de coco. Selain jual minuman, dia juga jual bahan-bahan kimia (entah apa saja namanya, saya lupa) tapi salah satunya adalah pupuk ZA.

Sebenarnya saya heran juga, apa korelasi minuman dengan bahan kimia tersebut?

Saya pun membeli 1 dos untuk oleh-oleh anak-anak di rumah.

Nah, ini yang baru saya sadari: setelah itu minuman habis dikeroyok oleh ketiga anak saya, di malam harinya si bungsu mulai batuk2. Pagi harinya, suhu badannya meningkat, frekuensi batuk semakin sering disertai bunyi nafas yang grok-grok. Ketika email ini saya buka, seorang teman yang juga membelikan oleh2 buat anaknya, saya tanya kemungkinan mengalami hal seperti anak saya.

Jawabnya sama persis, si bungsunya (umurnya hampir sama dengan umur bungsu saya) juga mengalami hal yang sama.

Nata de coco merupakan hasil fermentasi air kelapa. Ini OK dan aman. Namun ternyata para pembuat nata de coco mempercepat produksi dengan menambahkan pupuk ZA yang sebenarnya tidak layak untuk food production. Perusahaan besar seperti Sari Coco, dsb. yang dijual dipasar grosir, mengumpulkan produk dari pembuat nata de coco rumah tangga dan lalu mengemasnya menjadi menarik.